Wednesday, August 6, 2014

Mudik Bersama 3 Keponakan

Lebaran tahun ini terasa sangat berbeda bagi keluarga besar kami.Sudah menjadi tradisi,setiap hari raya Lebaran seluruh anggota keluarga besar kami berkumpul di rumah orang tua.Ritual makan opor ayam ketupat bersama ditemani dengan minuman tradisional buatan sendiri.Terasa nikmat dan hangat suasana Lebaran waktu itu.Tapi,tahun ini suasana Lebaran terasa berbeda.Awal musababnya adalah karena dipertengahan bulan Ramadhan tepatnya tanggal 12 Juli 2104 kemarin,suami dari kakakku sebut saja namanya Pakde Pras,menjalani operasi usus buntu disertai dengan cairan empedu yang bermasalah.Awalnya masih ada harapan untuk mudik pulang kampung tapi ternyata proses penyembuhannya memakan waktu yang lebih lama.

Keluarga Pakde Pras ini selama ini menempati rumah sendiri di sebuah perumahan yang terletak di perbatasan Bekasi dengan Bogor.Sudah 10 tahun kakakku tinggal di perumahan tersebut,karena suaminya kebetulan bekerja di sebuah perusahaan asing yang terletak tidak jauh dari lokasi tempat tinggalnya tersebut.Saat ini kakakku dikaruniai 3 orang anak yang sulung perempuan baru kelas 1 SMP,no 2 laki-laki baru kelas 3 SD dan si bungsu juga laki-laki baru berumur 4 tahun.Nah,waktu Pakde Pras ini menjalani operasi di sebuah rumah sakit di Bekasi,anak-anak ditinggal dirumah.Jadi untuk keperluan berbuka puasa,ponakanku ini tanpa ditemani oleh kedua orang tuanya.Oh ya,selama ayahnya dirawat di rumah sakit,terpaksa ponakanku tidak masuk sekolah.Selain karena tidak ada yang mengantar juga karena si bungsu tidak ada yang menemani di rumah.Praktis selama tidak masuk sekolah,anak-anak hanya berdiam diri di rumah saja.

Kabar dirawatnya suami kakakku ini baru didengar oleh keluarga di Jogja di hari Kamis tanggal 15 Juli 2014.Kaget campur tidak percaya karena 2 bulan sebelumnnya waktu suamiku datang ke Bekasi,kondisi suami kakakku baik baik saja.Tidak terlihat sedang menahan sakit atau mengeluh tentang kondisi kesehatannya.Setelah berembuk dengan sesama saudara di Jogja,diputuskan kakak pertama sebut saja Pakde Jadi,yang akan berangkat ke Bekasi untuk menengok kondisi sebenarnya.Berangkat dari Jogja tanggal 17 Juli,tiba di Bekasi sore hari dan langsung menuju ke rumah sakit tempat Pakde Pras dirawat.Setelah berkonsultasi dengan dokternya,akhirnya pada hari Jumat,18 Juli 2014 Pakde Pras diperbolehkan pulang.Sayangnya setelah sampai di rumah,kondisi bekas operasi pada perut Pakde Pras belum kuat menahan sehingga berakibat jebolnya jahitan bekas operasi tersebut.Segera Pakde Pras dibawa kembali kerumah sakit.Pakde Jadi yang dikabari kondisi Pakde Pras tersebut segera balik lagi ke rumah sakit.Padahal waktu itu Pakde Jadi sudah berada dalam kereta yang berangkat dari Stasiun Senen.Akhirnya di stasiun Bekasi minta turun dari kereta dan kembali lagi ke rumah sakit.Operasi kedua sudah diputuskan oleh team dokter dan akan dilaksanakan pada jam 11 malam hari itu juga.

Operasi tahap kedua berlangsung dengan sukses.Melihat kondisi ponakan-ponakanku yang memprihatinkan tersebut,akhirnya dengan ijin kedua orang tuannya ponakanku tersebut diajak ke Jogja.Agar konsentrasi dan fokus perhatian kakakku merawat Pakde Pras lebih optimal dan tidak terbebani dengan kondisi anak-anak yang berada di rumah.
Tanggal 21 Juli,para ponakanku sudah tiba di rumah neneknya di Jogja.Sudah lega keluarga di Jogja melihat kondisi para ponakanku ini baik-baik saja.

Berburu tiket Mudik Ke Bekasi

Selama berada di Jogja,ponakannku ini tidurnya selalu berganti ganti tempat,3 hari pertama tidur di rumah neneknya,3 hari selanjutnya tidur dirumahku.Nah,sewaktu tidur di rumahku ini iseng iseng saya tanyakan kapan kembali ke Bekasi.Permintaan dari ponakanku yang nomor satu,jadwal pulangnya sekitar tanggal 3 Agustus,hari Minggu.Dan mintanya naik kereta api.Pikirku waktu itu,wah apa masih kebagian tiket kereta ya.Karena biasanya pas ada momen Lebaran ini,tiket kereta sudah tu dipesan.Dengan bantuan aplikasi pesan tiket di smartphone,ternyata masih ada tiket mudik ke Bekasi pada tanggal 29 Juli 2014,hari kedua Lebaran.Dan itupun stasiun pemberangkatannya di Kutoarjo,bukan di stasiun Tugu atau stasiun Lempuyangan. Keretanya pun kereta ekonomi.Diubek ubek dicari di tanggal-tanggal lainnya,sampai tanggal 10 Agustus semua tiket sudah habis dipesan.Yah,apa boleh buat daripada tidak dapat tiket mending segera pesan tiket kereta sebelum kehabisan.Untuk tiket balik,pulangnya ke Jogja saya malah belum mendapatkannya.Nanti bisa dipikirkan sambil jalan,kalau dapat tiket kereta ya naik kereta,kalau tidak ada ya naik bis saja.Pertimbangannya kenapa berani pesan tiket kereta yang jadwal berangkatnya dari Kutoarjo adalah adanya jadwal kereta lokal (pramek) jurusan Solo-Kutoarjo yang tiba di stasiun Maguwo sekitar jam 06.20 WIB dan estimasi sampai di Kutoarjo sekitar jam 08.00 WIB. Memang ada jadwal kereta dari Kutoarjo-Senen yang berangkat pada pukul 10.05 WIB,sayangnya lagi-lagi tidak kebagian tiketnya.Tiket yang saya pegang ini untuk kereta yang berangkat pada pukul 14.05 WIB dan tiba di stasiun Bekasi jam 21.05 WIB.Jadi ada waktu senggang selama sekitar 6 jam lebih setelah tiba di Kutoarjo yang dapat saya pergunakan untuk beristirahat.Angan-angan saya seperti itu,tapi fakta kejadian esok harinya ternyata berbeda 180 derajat.

Hari-H Mudik Ke Bekasi

Jam 4 pagi di hari Selasa,saya sudah bangun dan sudah bersiap siap untuk menuju ke Stasiun Maguwo.Dengan mengendarai 2 sepeda motor,saya dan ponakan menyelusuri jalanan menembus dinginnya udara pagi.Setelah sampai di stasiun Maguwo,ternyata tiket kereta Pramek jurusan Solo-Kutoarjo sudah habis.Padahal kalau menunggu jadwal kereta selanjutnya jelas tidak mungkin,karena jadwal kereta pramek Solo-Kutoarjo berikutnya tiba di Maguwo sudah pada pukul 14.00 WIB.
Mau kembali kerumah kok percuma saja,mending sekalian saja menuju ke Terminal Giwangan.Opsi naik bis menuju ke Stasiun Kutoarjo pun terpaksa diambil.Jam 07.00 WIB sudah sampai di Terminal Giwangan.Segera mencari bis umum jurusan kearah Kutoarjo.Alhamdulillah selama 3 jam perjalanan dengan bis umum tersebut berjalan dengan lancar,hanya menemui kemacetan sebentar di perempatan Pendowo,Purworejo.
Tiba di stasiun Kutoarjo sekitar jam 10.00 WIB.Masih ada waktu lama untuk menunggu kereta Kutojaya Utara Lebaran berangkat.

Halaman depan stasiun Kutoarjo (dok.pri)

 Suasana waktu boarding (checking ticket) masuk ke Stasiun (dok.pri)
Menunggu masuk ke dalam kereta (dok.pri)

Untuk mengusir kejenuhan menunggu jadwal berangkat,saya pun berkeliling melihat-lihat kondisi stasiun Kutoarjo ini.Walaupun stasiun Kutoarjo ini tidak lebih luas dengan stasiun Lempuyangan,ternyata jadwal kereta berangkatnya lebih banyak dari stasiun Tugu maupun Lempuyangan. Sayangnya ruang tunggu penumpangnya terkesan dibuat apa adanya.30 menit sebelum jadwal berangkat para penumpang baru dipersilahkan memasuki peron stasiun.Setelah sebelumnnya dilakukan pengecekan tiket oleh petugas.
Kereta berangkat sesuai jadwal.Walaupun hanya kereta ekonomi tapi didalam gerbongnya terasa adem karena sudah dipasang AC sebanyak 6 buah.Selain itu di pinggir samping setiap tempat duduk sudah disediakan colokan listrik.Jadi bagi pengguna telepon seluler tidak usah takut kehabisan daya baterainya.Penambahan fasilitas yang sangat berguna sekali bagi penumpangnya.


Bentuk kreativitas manajemen PT.KAI menambahkan AC disetiap gerbongnya (dok.pri)


Colokan listrik yang ada disetiap tepi tempat duduk penumpang (dok.pri)


Ono rego ono rupo” pepatah Jawa mengatakan.Ada harga ada kualitas,begitu juga kualitas kereta Kutojaya Utara Lebaran ini.Karena tarif yang dikenakan kepada penumpang murah meriah,akhirnya di perjalanan adanya harus mengalah terus.Mengalah agar kereta yang tarifnya lebih mahal lewat duluan.Kereta sempat berhenti sebentar menaikkan penumpang di stasiun Kebumen,Purwokerto serta Cirebon.Lepas dari stasiun Cirebon kereta langsung tancap gas tanpa berhenti lagi hingga sampai distasiun Bekasi jam 22.05 WIB.Mundur 1 jam dari jadwal resminya.

Karena sudah larut malam,selain itu ponakanku juga sudah mengantuk berat akhirnya dengan menumpang taksi sampailah kita di rumah tujuan sekitar jam 23.00 WIB.Pertama kali melihat kondisi badan Pakde Pras,aku sangat kaget sekali.Sekarang kondisi badannya tambah kurus,otot otot di tangan serta kakinya terlihat jelas sekali.Setelah ngobrol sebentar,karena sudah malam saatnya beristirahat.

Oh,iya sewaktu kereta masih di wilayah Purwokerto menuju kearah Cirebon,waktu mendekati adzan magrib saya dapat kabar dari rumah kalau anak sulung terserang demam.Karena posisinya masih ditempat neneknya,malam itu juga segera pulang.Dikhawatirkan terkena chikungunya,karena belum lama daerah tersebut menjadi endemi penyakit chikungunya tersebut.
Saya berusaha untuk tenang waktu itu.Pagi-pagi setelah sampai di Bekasi,segera saya mencari tiket kereta balik ke Jogja untuk hari itu walaupun hasilnya tidak ada tiket untuk semua kelas kereta.Daripada tidak tenang memikirkan kondisi anak di rumah,akhirnya saya pun mencari tiket bis untuk keberangkatan sore harinya.Akhirnya mendapatkan tiket bisnya walaupun dibayangi kemacetan di jalur Pantura.Tugas saya sudah selesai dengan mengantarkan keponakan sampai dengan selamat sampai di rumah di Bekasi dan sudah melihat kondisi terakhir dari Pakde Pras.

Jam 17.00 WIB saya pulang ke Jogja dengan bis.Untungnya trayek bis ini melalui jalur Nagrek via Cipularang hingga melewati Garut,Ciamis,Majenang dan beristirahat sebentar di Cilacap.

Makan pagi di rumah makan di Cilacap (dok.pri) 

Melewati jalur selatan walu kondisi lalulintasnya ramai lancar,kadang-kadang di lokasi teretentu padat merayap hanya di Kebumen saja kondisi jalanan macet.Selebihnya sampai di terminal Giwangan jam 14.00 WIB.Praktis lama perjalanan dengan bis ini memakan waktu 21 jam dari Bekasi ke Jogja.Badan sudah terasa pegal-pegal dan lelah rasanya.Jam 15.00 WIB saya akhirnya sampai di rumah kembali dengan selamat.Alhamdulillah kondisi si sulung juga sudah membaik hanya kelelahan saja.
Pengalaman mudik dan balik yang sesungguhnya tidak saya rencanakan,semua serba mendadak dan dengan persiapan apa adanya.Menjadi pengalaman yang akan selalu saya ingat.
Semoga bermanfaat. (@dwisnfkaafi)

No comments: