Lebaran
tahun ini terasa sangat berbeda bagi keluarga besar kami.Sudah
menjadi tradisi,setiap hari raya Lebaran seluruh anggota keluarga
besar kami berkumpul di rumah orang tua.Ritual makan opor ayam
ketupat bersama ditemani dengan minuman tradisional buatan
sendiri.Terasa nikmat dan hangat suasana Lebaran waktu itu.Tapi,tahun
ini suasana Lebaran terasa berbeda.Awal musababnya adalah karena
dipertengahan bulan Ramadhan tepatnya tanggal 12 Juli 2104
kemarin,suami dari kakakku sebut saja namanya Pakde Pras,menjalani
operasi usus buntu disertai dengan cairan empedu yang
bermasalah.Awalnya masih ada harapan untuk mudik pulang kampung tapi
ternyata proses penyembuhannya memakan waktu yang lebih lama.
Keluarga
Pakde Pras ini selama ini menempati rumah sendiri di sebuah perumahan
yang terletak di perbatasan Bekasi dengan Bogor.Sudah 10 tahun
kakakku tinggal di perumahan tersebut,karena suaminya kebetulan
bekerja di sebuah perusahaan asing yang terletak tidak jauh dari
lokasi tempat tinggalnya tersebut.Saat ini kakakku dikaruniai 3 orang
anak yang sulung perempuan baru kelas 1 SMP,no 2 laki-laki baru kelas
3 SD dan si bungsu juga laki-laki baru berumur 4 tahun.Nah,waktu
Pakde Pras ini menjalani operasi di sebuah rumah sakit di
Bekasi,anak-anak ditinggal dirumah.Jadi untuk keperluan berbuka
puasa,ponakanku ini tanpa ditemani oleh kedua orang tuanya.Oh
ya,selama ayahnya dirawat di rumah sakit,terpaksa ponakanku tidak
masuk sekolah.Selain karena tidak ada yang mengantar juga karena si
bungsu tidak ada yang menemani di rumah.Praktis selama tidak masuk
sekolah,anak-anak hanya berdiam diri di rumah saja.
Kabar
dirawatnya suami kakakku ini baru didengar oleh keluarga di Jogja di
hari Kamis tanggal 15 Juli 2014.Kaget campur tidak percaya karena 2
bulan sebelumnnya waktu suamiku datang ke Bekasi,kondisi suami
kakakku baik baik saja.Tidak terlihat sedang menahan sakit atau
mengeluh tentang kondisi kesehatannya.Setelah berembuk dengan sesama
saudara di Jogja,diputuskan kakak pertama sebut saja Pakde Jadi,yang
akan berangkat ke Bekasi untuk menengok kondisi sebenarnya.Berangkat
dari Jogja tanggal 17 Juli,tiba di Bekasi sore hari dan langsung
menuju ke rumah sakit tempat Pakde Pras dirawat.Setelah berkonsultasi
dengan dokternya,akhirnya pada hari Jumat,18 Juli 2014 Pakde Pras
diperbolehkan pulang.Sayangnya setelah sampai di rumah,kondisi bekas
operasi pada perut Pakde Pras belum kuat menahan sehingga berakibat
jebolnya jahitan bekas operasi tersebut.Segera Pakde Pras dibawa
kembali kerumah sakit.Pakde Jadi yang dikabari kondisi Pakde Pras
tersebut segera balik lagi ke rumah sakit.Padahal waktu itu Pakde
Jadi sudah berada dalam kereta yang berangkat dari Stasiun
Senen.Akhirnya di stasiun Bekasi minta turun dari kereta dan kembali
lagi ke rumah sakit.Operasi kedua sudah diputuskan oleh team dokter
dan akan dilaksanakan pada jam 11 malam hari itu juga.
Operasi
tahap kedua berlangsung dengan sukses.Melihat kondisi
ponakan-ponakanku yang memprihatinkan tersebut,akhirnya dengan ijin
kedua orang tuannya ponakanku tersebut diajak ke Jogja.Agar
konsentrasi dan fokus perhatian kakakku merawat Pakde Pras lebih
optimal dan tidak terbebani dengan kondisi anak-anak yang berada di
rumah.
Tanggal 21
Juli,para ponakanku sudah tiba di rumah neneknya di Jogja.Sudah lega
keluarga di Jogja melihat kondisi para ponakanku ini baik-baik saja.
Berburu
tiket Mudik Ke Bekasi
Selama berada di Jogja,ponakannku ini tidurnya selalu berganti ganti
tempat,3 hari pertama tidur di rumah neneknya,3 hari selanjutnya
tidur dirumahku.Nah,sewaktu tidur di rumahku ini iseng iseng saya
tanyakan kapan kembali ke Bekasi.Permintaan dari ponakanku yang nomor
satu,jadwal pulangnya sekitar tanggal 3 Agustus,hari Minggu.Dan
mintanya naik kereta api.Pikirku waktu itu,wah apa masih kebagian
tiket kereta ya.Karena biasanya pas ada momen Lebaran ini,tiket
kereta sudah tu dipesan.Dengan bantuan aplikasi pesan tiket di
smartphone,ternyata masih ada tiket mudik ke Bekasi pada tanggal 29
Juli 2014,hari kedua Lebaran.Dan itupun stasiun pemberangkatannya di
Kutoarjo,bukan di stasiun Tugu atau stasiun Lempuyangan. Keretanya
pun kereta ekonomi.Diubek ubek dicari di tanggal-tanggal
lainnya,sampai tanggal 10 Agustus semua tiket sudah habis
dipesan.Yah,apa boleh buat daripada tidak dapat tiket mending segera
pesan tiket kereta sebelum kehabisan.Untuk tiket balik,pulangnya ke
Jogja saya malah belum mendapatkannya.Nanti bisa dipikirkan sambil
jalan,kalau dapat tiket kereta ya naik kereta,kalau tidak ada ya
naik bis saja.Pertimbangannya kenapa berani pesan tiket kereta yang
jadwal berangkatnya dari Kutoarjo adalah adanya jadwal kereta lokal
(pramek) jurusan Solo-Kutoarjo yang tiba di stasiun Maguwo sekitar
jam 06.20 WIB dan estimasi sampai di Kutoarjo sekitar jam 08.00 WIB.
Memang ada jadwal kereta dari Kutoarjo-Senen yang berangkat pada
pukul 10.05 WIB,sayangnya lagi-lagi tidak kebagian tiketnya.Tiket
yang saya pegang ini untuk kereta yang berangkat pada pukul 14.05 WIB
dan tiba di stasiun Bekasi jam 21.05 WIB.Jadi ada waktu senggang
selama sekitar 6 jam lebih setelah tiba di Kutoarjo yang dapat saya
pergunakan untuk beristirahat.Angan-angan saya seperti itu,tapi fakta
kejadian esok harinya ternyata berbeda 180 derajat.
Hari-H
Mudik Ke Bekasi
Jam 4 pagi di hari Selasa,saya sudah bangun dan sudah bersiap siap
untuk menuju ke Stasiun Maguwo.Dengan mengendarai 2 sepeda motor,saya
dan ponakan menyelusuri jalanan menembus dinginnya udara pagi.Setelah
sampai di stasiun Maguwo,ternyata tiket kereta Pramek jurusan
Solo-Kutoarjo sudah habis.Padahal kalau menunggu jadwal kereta
selanjutnya jelas tidak mungkin,karena jadwal kereta pramek
Solo-Kutoarjo berikutnya tiba di Maguwo sudah pada pukul 14.00 WIB.
Mau kembali kerumah kok percuma saja,mending sekalian saja menuju ke
Terminal Giwangan.Opsi naik bis menuju ke Stasiun Kutoarjo pun
terpaksa diambil.Jam 07.00 WIB sudah sampai di Terminal
Giwangan.Segera mencari bis umum jurusan kearah
Kutoarjo.Alhamdulillah selama 3 jam perjalanan dengan bis umum
tersebut berjalan dengan lancar,hanya menemui kemacetan sebentar di
perempatan Pendowo,Purworejo.
Tiba di stasiun Kutoarjo sekitar jam 10.00 WIB.Masih ada waktu lama
untuk menunggu kereta Kutojaya Utara Lebaran berangkat.
Halaman depan stasiun Kutoarjo (dok.pri)
Suasana waktu boarding (checking ticket) masuk ke Stasiun (dok.pri)
Menunggu masuk ke dalam kereta (dok.pri)
Untuk mengusir kejenuhan menunggu jadwal berangkat,saya pun
berkeliling melihat-lihat kondisi stasiun Kutoarjo ini.Walaupun
stasiun Kutoarjo ini tidak lebih luas dengan stasiun
Lempuyangan,ternyata jadwal kereta berangkatnya lebih banyak dari
stasiun Tugu maupun Lempuyangan. Sayangnya ruang tunggu penumpangnya
terkesan dibuat apa adanya.30 menit sebelum jadwal berangkat para
penumpang baru dipersilahkan memasuki peron stasiun.Setelah
sebelumnnya dilakukan pengecekan tiket oleh petugas.
Kereta berangkat sesuai jadwal.Walaupun hanya kereta ekonomi tapi
didalam gerbongnya terasa adem karena sudah dipasang AC sebanyak 6
buah.Selain itu di pinggir samping setiap tempat duduk sudah
disediakan colokan listrik.Jadi bagi pengguna telepon seluler tidak
usah takut kehabisan daya baterainya.Penambahan fasilitas yang sangat
berguna sekali bagi penumpangnya.
Bentuk kreativitas manajemen PT.KAI menambahkan AC disetiap
gerbongnya (dok.pri)
Colokan listrik yang ada disetiap tepi tempat duduk penumpang
(dok.pri)
“Ono
rego ono rupo” pepatah Jawa mengatakan.Ada harga ada
kualitas,begitu juga kualitas kereta Kutojaya Utara Lebaran
ini.Karena tarif yang dikenakan kepada penumpang murah
meriah,akhirnya di perjalanan adanya harus mengalah terus.Mengalah
agar kereta yang tarifnya lebih mahal lewat duluan.Kereta sempat
berhenti sebentar menaikkan penumpang di stasiun Kebumen,Purwokerto
serta Cirebon.Lepas dari stasiun Cirebon kereta langsung tancap gas
tanpa berhenti lagi hingga sampai distasiun Bekasi jam 22.05
WIB.Mundur 1 jam dari jadwal resminya.
Karena sudah larut malam,selain itu ponakanku juga sudah mengantuk
berat akhirnya dengan menumpang taksi sampailah kita di rumah tujuan
sekitar jam 23.00 WIB.Pertama kali melihat kondisi badan Pakde
Pras,aku sangat kaget sekali.Sekarang kondisi badannya tambah
kurus,otot otot di tangan serta kakinya terlihat jelas sekali.Setelah
ngobrol sebentar,karena sudah malam saatnya beristirahat.
Oh,iya sewaktu kereta masih di wilayah Purwokerto menuju kearah
Cirebon,waktu mendekati adzan magrib saya dapat kabar dari rumah
kalau anak sulung terserang demam.Karena posisinya masih ditempat
neneknya,malam itu juga segera pulang.Dikhawatirkan terkena
chikungunya,karena belum lama daerah tersebut menjadi endemi penyakit
chikungunya tersebut.
Saya berusaha untuk tenang waktu itu.Pagi-pagi setelah sampai di
Bekasi,segera saya mencari tiket kereta balik ke Jogja untuk hari itu
walaupun hasilnya tidak ada tiket untuk semua kelas kereta.Daripada
tidak tenang memikirkan kondisi anak di rumah,akhirnya saya pun
mencari tiket bis untuk keberangkatan sore harinya.Akhirnya
mendapatkan tiket bisnya walaupun dibayangi kemacetan di jalur
Pantura.Tugas saya sudah selesai dengan mengantarkan keponakan sampai
dengan selamat sampai di rumah di Bekasi dan sudah melihat kondisi
terakhir dari Pakde Pras.
Jam 17.00 WIB saya pulang ke Jogja dengan bis.Untungnya trayek bis
ini melalui jalur Nagrek via Cipularang hingga melewati
Garut,Ciamis,Majenang dan beristirahat sebentar di Cilacap.
Makan pagi di rumah makan di Cilacap (dok.pri)
Melewati jalur selatan walu kondisi lalulintasnya ramai
lancar,kadang-kadang di lokasi teretentu padat merayap hanya di
Kebumen saja kondisi jalanan macet.Selebihnya sampai di terminal
Giwangan jam 14.00 WIB.Praktis lama perjalanan dengan bis ini memakan
waktu 21 jam dari Bekasi ke Jogja.Badan sudah terasa pegal-pegal dan
lelah rasanya.Jam 15.00 WIB saya akhirnya sampai di rumah kembali
dengan selamat.Alhamdulillah kondisi si sulung juga sudah membaik
hanya kelelahan saja.
Pengalaman mudik dan balik yang sesungguhnya tidak saya
rencanakan,semua serba mendadak dan dengan persiapan apa
adanya.Menjadi pengalaman yang akan selalu saya ingat.
Semoga bermanfaat. (@dwisnfkaafi)
No comments:
Post a Comment