Pengantar
Keindahan
alam serta hasil bumi Indonesia memang tiada habis-habisnya di
eksplorasi.Dalam rangka menguak kekayaan alam Indonesia terutama
sentra penghasil kopi berkualitas di Bumi Andalas, PT.Astra Daihatsu
Motor mengadakan ekspedisi dengan tema Terios 7 Wonder Sumatera
Coffee Paradise. Pulau
Sumatera yang menjadi target ekspedisi ini selain terkenal akan
keindahan alamnya juga terkenal sebagai penghasil kopi
berkualitas.Sebagaimana
kita ketahui kopi di Indonesia sekarang sudah menjadi gaya hidup
(lifestyle)
yang
sangat menarik.
Dan
di Indonesia sangat terkenal dengan kopi luwaknya. Perjalanan
ini merupakan sebuah penggambaran brand
Terios
sebagai “Sahabat
Petualang”
sejati serta
mengajak masyarakat Indonesia untuk bertualang mencari kopi luwak
yang terenak di Sumatera. Mulai dari kopi luwak di Liwa,Lampung
sampai kopi luwak di Gayo,Nanggroe Aceh Darussalam.
Persiapan Team
Sahabat Petualang
Dalam
event ekspedisi Terios 7 Wonder Sumatera Coffee Paradise ini,Daihatsu
menyiapkan 3 unit kendaraan Terios
Hi-Grade terdiri 2 TX bertransmisi matik dan TX manual.Bertenagakan
mesin 3SZ-VE DOHC VVT-i berkapasitas 1495 cc, Terios akan diuji
ketangguhannya di medan perjalanan yang bervariasi kontur jalannya.
Perjalanan panjang lebih kurang 3600 km selama 15 hari bakal dilakoni
tim Sahabat Petualang. Persiapan matang pun dilakukan,3 unit
kendaraan “dipulihkan” performanya di bengkel resmi
Daihatsu.Berbagai fitur keselamatan dan kenyamanan yang disematkan di
Terios dilakukan pengecekan ulang.Untuk menjamin kenyamanan para
peserta Terios 7 Wonder Sumatera Coffee Paradise ini. Persiapan
selanjutnya mengakomodasi barang bawaan team Sahabat
Petualang,perlengkapan dan peralatan selama perjalanan menjadi
prioritas.Saking banyaknya barang bawaan,2 unit mobil Terios harus
dipasangi roof
box
dan roof
bag.Maklum
saja karena peserta Terios 7 Wonder Sumatera Coffee Paradise ini
meliputi media cetak,elektronik hingga media online.
Misi
utama dari petualangan ini adalah membuka mata dunia akan kekayaan
alam Indonesia terutama pulau Sumatera. Singkatnya,
10 Oktober 2012 tepatnya pada pukul 10 pagi di Vehicle Logistic
Center Daihatsu, Jakarta, tim Sahabat Petualang resmi dilepas oleh
manajemen PT Astra Daihatsu Motor.
Kini
saatnya kita ceritakan ekspedisi menjelajahi keindahan alam dan
petualangan sentra-sentra penghasil kopi di Bumi Andalas hingga titik
nol kilometer di Sabang, dalam rangkaian cerita yang akan
menggambarkan keseruan dan menguras tenaga dan stamina selama perjalanan.
1. Aroma Kopi Luwak
Liwa begitu menggoda
Tujuan
pertama team Sahabat Petualang setelah mendarat di Bakauheni adalah
Liwa,Lampung. Tujuan awal menuju sentra pengolahan kopi KUD Karya
Utama di Sipatuhu. Hari Jumat 12 oktober 2012, team Sahabat Petualang
memasuki kota Liwa setelah sebelumnya berjibaku di jalanan
menghindari iring iringan truk dan bus rute lintas Sumatera.Aura kopi
mulai terasa,atribut serta warung kopi bertebaran di berbagai sudut
kota.Perkebunan kopi rakyat mulai tampak di jalur Liwa – Danau
Ranau. Infrastruktur jalan yang mulus di rute Liwa – Danau Ranau
yang di samping kanan kirinya perbukitan hijau yang merupakan
perkebunan rakyat, Terios seolah tidak mengeluh kelelahan.Performa
mesin Terios tetap mantap walaupun jalanan banyak tikungan dan
berkelok kelok.
Tiba
di lokasi,di KUD Karya Utama,team Sahabat Petualang langsung diajak
menuju ke pabrik pengolahan kopi Liwa.Proses pengolahan biji kopi di
KUD Karya Utama ini masih bersifat manual.Dari proses pemilahan
biji,proses sangrai hingga proses penggilingan masih mengandalkan
tenaga manusia.Untuk peng-ovenannya membutuhkan suhu 190 derajat
Celsius untuk mencapai kualitas dan warna yang diinginkan.
Istimewanya, kelompok petani kopi di KUD Karya Utama ini berani
berinovasi dengan menambahkan
aroma gingseng serta aroma pinang. Ya memang harus ada pengembangan
produk untuk memenangkan persaingan pasar.
Puas
melihat proses pengolahan biji kopi didalam pabrik,team Sahabat
Petualang pun diajak ke kebun kopi untuk melihat secara langsung
bagaimana memetik buah kopi yang sudah matang. Kini saatnya kopi
Luwak menjadi menu selanjutnya.
Istimewanya,masih disekitar sentra kopi Danau Ranau ini
mengkhususkan luwak. Beruntungnya, kami menyaksikan langsung beberapa
luwak atau musang liar yang diberdayakan oleh petani. Tidak semua
biji kopi dimakan oleh luwak. Hanya biji kopi pilihan dan punya
kualitas terbaiklah yang dimakan. Cara mudah menentukan biji kopi
terbaik bisa tampak dari warnanya yang merah dan tenggelam saat
hendak direndam air.
Bila
sang musang sudah memakan biji kopi terbaik, setidaknya minimal 6 jam
kemudian, setelah mengalami fermentasi
di dalam pencernaannya,dikeluarkan kembali via feses dalam bentuk
sekumpulan biji.Inilah kotoran hewan termahal di dunia. Pembersihan
dan pengeringan kembali menjadi langkah selanjutnya sebelum dikirim
ke pengolah kopi dan siap dipasarkan.Selain melayani pasar lokal,KUD
Karya Utama juga kerap memasok berbagai
hotel di Jakarta. Dengan harga satu kilogramnya mencapai 1.9 juta
rupiah,jelasnya harga sebanding dengan produksi yang
dihasilkan.Setelah puas mengamati proses produksi dan menikmati kopi
luwak Ranau,team Sahabat Petualang pun beranjak meninggalkan Liwa dan
menuju ke Lahat.
2. Keramahan Kopi
Lahat
Team
Sahabat Petualang tiba di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan menjelang
pukul 20.00 WIB setelah sebelummnya mengunjungi dan menikmati aroma
kopi Liwa di Lampung. Citra Lahat yang sebelumnya kurang
bersahabat,saat ini mulai berubah. Pemerintah daerah sudah membenahi
infrastruktur jalan serta penerangan jalan raya,sehingga kondisi
Lahat di malam hari terlihat terang. Team Sahabat Petualang
mendapatkan kehormatan karena langsung disambut oleh Bupati Lahat,Bpk
Haji
Saifudin Aswari Riva’i dan staf-nya.
Dari
penjelasan Pak Bupati Lahat,memang masyarakat Lahat sejak jaman dulu
sudah menjadi petani kopi sehingga budaya minum kopi di masyarakat
Lahat sudah tidak asing. Kebun kopi banyak bertebaran di
Lahat,sayangnya pemasarannya banyak dikuasai oleh tengkulak sehingga
harga kopi di tingkat petani kerap dipermainkan. Bapak Bupati pun
memberikan apresiasi kepada team 7 Wonder Sumatera Coffee Paradise
yang programnya sejalan dengan program Pemerintah Daerah Lahat untuk
mengangkat kembali kopi Lahat yang sempat populer. Sehingga bisa
menggairahkan kembali para petani di Lahat untuk mengolahkembali
kebun kopi yang telah lama ditinggalkannya. Esok harinya Team Sahabat
Petualang mengunjungi home
industry pengolahan
kopi tradisional milik privatir, Bpk Zahari Cikman yang sejak tahun
1980 sudah memulai produksinya.
Masuk
ke dalam lingkungan pabriknya,proses pengolahannya begitu
sederhana,Mulai dari bahan baku pembakaran batok kelapa, proses
berendang
(sangrai)
hingga penggilingan sampai 2 kali untuk mendapatkan kopi yang siap
saji. Tabung oven untuk proses sangrai biji kopi pun masih diputar
manual oleh tenaga manusia.Hanya proses penggilingan saja yang
dilakukan oleh mesin bertenaga disel.
Walaupun
proses pengolahan biji kopi di Lahat ini masih mengandalkan teknologi
yang sederhana,namun tidak mengurangi kualitas dan aroma khas kopi
Lahat.
Dari
pemilik usaha Bpk Zahari
Cikman,Tema Sahabat Petualang mendapatkan penjelasan tentang
penentuan kualitas kopi melalui kadar kering bijinya. Umumnya dari
petani kopi kadar airnya mulai dari 15% hingga 17% sehingga
dibutuhkan proses pengeringan lagi selama 4 hingga 6 hari.Untuk
kapasitas produksinya,usaha pengolahan kopi milik Bpk Zahari
Cikman ini mampu mengolah kopi hingga 100 kg/hari.Semua karyawannya
berasal dari lingkungan sekitar pabrik.Selama ini tidak ada kendala
di pemasarannya,semua produk kopi dapat terserap pasar. Tidak hanya
dipasarkan di Lahat saja tapi juga sampai ke Rajabasa,Palembang dan
sekitarnya.
Upaya
pak Bupati dan Cikman mengembalikan
kejayaan kopi Lahat memang membutuhkan dukungan semua pihak.
Setidaknya, langkah mereka memberikan kebanggaan serta mengangkat
peri kehidupan masyarakat, terutama petani kopi menjadi lebih baik
lagi di masa yang akan datang.
Ekspedisi
Team Sahabat Petualang selanjutnya menuju ke sentra kopi yang
memiliki panorama alam serta hamparan perkebunan kopi yang elok dan
nan indah, Pagar Alam.
3. Pesona
Kopi Pagar Alam
Lokasi
Pagar Alam ini hanya berjarak 48 km dari Lahat. 11 tahun yang lalu,
Pagar Alam memang masih menjadi satu wilayah dengan Lahat sebelum
akhirnya memekarkan diri. Jalanan menuju ke Pagar Alam terlihat mulus
walaupun di banyak lokasi jalanan berkelok kelok serta di kanan
kirinya bukit bebatuan. Dengan 2 unit Terios varian matic dan 1 unit
terios manual memang menuntut kewaspadaan di jalan.Apalagi memasuki
perbatasan kota Pagar Alam,kondisi jalanan disertai dengan tanjakan
terjal.Walaupun akhirnya 3 unit Terios tersebut sukses mengatasi
tantangan jalanan ini. Udara sejuk serta pemandangan alam yang
menghijau mendomisi Pagar Alam. Hamparan
kebun kopi membentang di lereng Gunung Dempo dan kopi menjadi
komoditi andalan Pagar Alam. Team Sahabat Petualang pun penasaran dan
segera menuju ke salah satu perkebunan kopi khas ini.
Maklum
bukan momen panen. Namun demikian bukan berarti para petani penggarap
kopi melakukan aktivitas di luar momen itu. Walaupun tidak setiap
hari,petani penggarap kopi tetap menjaga kondisi pohon kopi seperti
mengontrol daun bila ada yang tidak sehat segera dibuang. Tidak
jarang pula memetik buah kopi yang sudah ranum.
Kalau
pas musim panen kopi,dalam sekali petik para petani mendapatkan
sekitar 5 keranjang/orang.
Setelah
“blusukan”
ke kebun kopi,team Sahabat Petualang diajak untuk melihat proses
pengolahan kopi Pagar Alam disalah satu pabrik yang berada tidak jauh
dari kebun kopi tersebut.
Kopi
hasil dari memetik di kebun kopi tersebut segera dipisahkan biji dan
cangkangnya. Beruntung, team Sahabat petualang dapat melihat langsung
proses pemisahan biji dan cangkangnya.Prosesnya dimulai dari biji
kopi disangrai didalam oven yang berbentuk silinder yang dipanaskan
dengan kayu bakar dan diputar dengan mesin.Setelah itu biji kopi yang
sudah dalam keadaan kering,dimasukkan kedalam mesin pemisah biji dan
cangkangnya.Setelah terpisah biji kopi dimasukkan lagi kedalam oven
silinder lagi.
Proses
pengolahan kopi di Pagar Alam dengan di Liwa ternyata hampir sama
pemrosesannya. Perbedaannya hanya cara me-roaster biji kopinya.Wadah
untuk mer-oaster di Liwa dan di Pagar Alam pun hampir
sama.Perbedaannya hanya pada penggerak drum roaster-nya saja.Kalau di
Lahat masih diputar manul dengan tenaga manusia,di Empat Lawang sudah
menggunakan tenaga mesin.Sementara untuk proses penggilingannya pun
sama, yaitu menggunakan 2 mesin.Mesin pertama biji kopi dihaluskan
menjadi butiran kasar selanjutnya dipindah ke mesin satunya untuk
dibuat butiran-butiran kopi yang lembut.
Dalam
sehari pabrik ini bisa memproses sekitar 100 kg kopi dengan
cangkangnya dan hanya 60 kg kopi bubuk yang dihasilkan. Sementara
sisanya,jadikan pupuk untuk dikembalikan ke kebun kopi agar kesuburan
tanahnya terjaga. Puas menyaksikan proses pemisahan biji dan
cangkangnya, Team Sahabat Petualang langsung diundang untuk makan
siang oleh tuan rumah di tepi sungai. Bukan perkara mudah menuju
lokasi tempat makan siang tersebut. Ketiga Terios mesti melintas
genangan air sungai dan jalan tidak rata.
Keunggulan
kopi Pagar Alam asli ini adalah aromanya khas dan lebih lembut saat
diminum. Bagi penggemar kopi, kenikmatan dan rasanya tidak bisa
dilupakan. Potensi ekonomi Pagar Alam dari produksi kopi bubuk ini
yang seharusnya didukung semua pihak agar kesejahteraan petani kopi
pun akan terangkat ke taraf ekonomi yang lebih baik.
Tujuan
ekspedisi penjelajahan kopi Sumatera Sahabat Petualang selanjutnya
adalah menuju ke kabupaten Empat Lawang.
4. Empat Lawang, Kota
Kopi Andalas
Perjalanan
team Sahabat Petualang dari kota Pagar Alam menuju ke kota Empat
Lawang (Tebing Tinggi) harus dilalui melalui jalan yang berkelok
kelok,menyusuri pinggiran sungai serta kondisi jalan yang dibeberapa
bagian menyempit.Untungnya pemandangan kiri kanan jalan di sepanjang
perjalanan sangat indah.Diselingi bukit bukit yang menghijau panorama
khas pulau Sumatera menjadi menu yang harus dilalui.Butuh
kehati-hatian agar tidak terjadi kecelakaan.Karena kecepatan yang
bisa diraih Terios tak bisa terlalu kencang,akibatnya waktu yang
dibutuhkan untuk menyelsaikan jarak tempuh sepanjang 122 km
membutuhkan waktu selama 3 jam.
Kopi
dalam “bahasa
gaul”
kota Empat Lawang dikenal dengan nama Kawo,menjadi komoditi andalan
masyarakat Empat Lawang. Tidak mengherankan, kalau biji kopi menjadi
lambang kabupaten yang baru berusia 5 tahun ini. Pemerintah daerah
Empat Lawang cukup getol mendorong dalam mengembangkan industri kopi.
Lebih jauh lagi, pemda Empat Lawang membuat motif kain batik berlatar
kopi menjadi keunikan tersendiri. Kota yang memiliki slogan Kawo
Emass (Ekonomi Maju, Aman, Sehat dan Sejahtera) ini berharap banyak
pada komoditi kopi sebagai komoditi unggulannya.
Kopi
Empat Lawang ini berbeda dengan kopi-kopi dari daerah Sumatera
lainnya. Kopi disini merupakan persilangan kopi jenis Arabika dan
Robusta,sehingga menghasilkan aroma dan rasanya khas Empat Lawang.
Wujud aslinya kopi Robusta tapi aroma kopinya Arabica. Sementara sentra perkebunan kopi di Empat Lawang tersebar di sejumlah lokasi. Salah satunya di Desa Linggis Talang Kupang yang tetap setia dengan kopi. Dari generasi ke generasi, masyarakatnya merupakan petani kopi. Team Sahabat Petualang pun menyempatkan berhenti di sentra perkebunan tersebut melihat secara langsung kebun kopi khas Empat Lawang tersebut. Buah kopinya masih berwarna hijau yang menandakan buah kopi masih belum layak untuk di petik. Setelah cukup mendapatkan informasi tentang tanaman kopi khas Empat Lawang,team Sahabat Petualang bergegas menuju ke pabrik pengolahan kopi yang terletak tidak jauh dari kebun kopi tersebut. Proses pengolahan biji kopi di Empat Lawang ini sudah lebih maju dari pengolahan kopi di Liwa,Lahat maupun di Pagar Alam.Biji kopi Empat Lawang sudah diproses menggunakan mesin bertenaga diesel untuk pengerak oven sangrainya maupun mesin penggilingnya. Bahkan untuk pengeleman kemasannya pun sudah memakai mesin. Jadi proses produksi kopi Empat Lawang ini sudah menerapkan manajemen produksi yang baik
Perhatian
Pemerintah Daerah Empat Lawang terhadap produk kopi andalannya patut
diapresiasi.Investor yang akan membuka pabrik pengolahan kopi
diberikan lahan industri. Bahkan Pemda Empat Lawang membangun gedung
khusus untuk kopi dari berbagai wilayah yang ada di Empat Lawang.
Agar
tanaman kopi selalu memberikan nilai tambah bagi komunitas di
sekitarnya, Pemda Empat Lawang mempelopori para perajin mebel untuk
menggunakan bahan baku kayu dari pohon kopi yang sudah tidak
produktif lagi. Agar produk mebel dari pohon kopi dikenal masyarakat
luas, Pemda pun berusaha mengajak para perajin mebel untuk ikut
dalam pameran mebel yang diadakan oleh berbagai pihak.
Selama
ini kota Empat Lawang sukses memajukan industri kopi,sangat pantas
dijuluki kota kopinya Andalas. Produk kopi emas Empat Lawang yang
menjadi ikon kota Empat Lawang seyogyanya harus tetap dipertahankan
keberlangsungannya.Inilah menjadi pekerjaan rumah masyarakat dan
pemerintah daerah setempat agar perekonomian warga semakin baik
kedepannya.
Perjalanan
Terios 7 Wonder Sumatera Coffee Paradise sudah memasuki hari ke 4 (14
Oktober 2012) sejak tiba dari Liwa,Lampung. Performa tunggangan
Daihatsu Terios pun masih mantap,masih mampu diajak menjalani
trek-trek yang lebih menantang lagi setelah meninggalkan kota Empat
Lawang. Ekspedisi Terios ini memang hanya mendatangi sentra-sentra
kopi yang merupakan penghasil kopi yang beredar di pasaran. Mulai
dari Liwa,Lahat,Pagar Alam dan Empat Lawang.
Untuk
mengetahui serunya petualangan mencari sentra-sentra produksi kopi
yang populer di pulau Sumatera,tonton video rangkuman perjalanan
Terios 7 wonder Sumatera Coffee Paradise dibawah ini.
Ekpedisi
selanjutnya adalah menuju ke kota Curup. Kota yang juga memiliki
sentra kopi yang khas karena berada di daerah yang dingin. Dilanjutkan ke
Madailing Natal,hingga ke sentra kopi di Takengon, NAD. Dan akhirnya
finish di titik nol kilometer di pulau Weh,Sabang NAD. Nantikan kisah
perjananan Terios 7 Wonder Sumatera Coffee selanjutnya yang lebih
seru,menguji nyali dan tentunya menantang dalam kisah
No comments:
Post a Comment