Wednesday, August 20, 2014

Menguak Kenikmatan Kopi Bumi Andalas

Pengantar

          Keindahan alam serta hasil bumi Indonesia memang tiada habis-habisnya di eksplorasi.Dalam rangka menguak kekayaan alam Indonesia terutama sentra penghasil kopi berkualitas di Bumi Andalas, PT.Astra Daihatsu Motor mengadakan ekspedisi dengan tema Terios 7 Wonder Sumatera Coffee Paradise. Pulau Sumatera yang menjadi target ekspedisi ini selain terkenal akan keindahan alamnya juga terkenal sebagai penghasil kopi berkualitas.Sebagaimana kita ketahui kopi di Indonesia sekarang sudah menjadi gaya hidup (lifestyle) yang sangat menarik. Dan di Indonesia sangat terkenal dengan kopi luwaknya. Perjalanan ini merupakan sebuah penggambaran brand Terios sebagai “Sahabat Petualang” sejati serta mengajak masyarakat Indonesia untuk bertualang mencari kopi luwak yang terenak di Sumatera. Mulai dari kopi luwak di Liwa,Lampung sampai kopi luwak di Gayo,Nanggroe Aceh Darussalam.

Persiapan Team Sahabat Petualang
  
         Dalam event ekspedisi Terios 7 Wonder Sumatera Coffee Paradise ini,Daihatsu menyiapkan 3 unit kendaraan Terios Hi-Grade terdiri 2 TX bertransmisi matik dan TX manual.Bertenagakan mesin 3SZ-VE DOHC VVT-i berkapasitas 1495 cc, Terios akan diuji ketangguhannya di medan perjalanan yang bervariasi kontur jalannya. Perjalanan panjang lebih kurang 3600 km selama 15 hari bakal dilakoni tim Sahabat Petualang. Persiapan matang pun dilakukan,3 unit kendaraan “dipulihkan” performanya di bengkel resmi Daihatsu.Berbagai fitur keselamatan dan kenyamanan yang disematkan di Terios dilakukan pengecekan ulang.Untuk menjamin kenyamanan para peserta Terios 7 Wonder Sumatera Coffee Paradise ini. Persiapan selanjutnya mengakomodasi barang bawaan team Sahabat Petualang,perlengkapan dan peralatan selama perjalanan menjadi prioritas.Saking banyaknya barang bawaan,2 unit mobil Terios harus dipasangi roof box dan roof bag.Maklum saja karena peserta Terios 7 Wonder Sumatera Coffee Paradise ini meliputi media cetak,elektronik hingga media online.
  
           Misi utama dari petualangan ini adalah membuka mata dunia akan kekayaan alam Indonesia terutama pulau Sumatera. Singkatnya, 10 Oktober 2012 tepatnya pada pukul 10 pagi di Vehicle Logistic Center Daihatsu, Jakarta, tim Sahabat Petualang resmi dilepas oleh manajemen PT Astra Daihatsu Motor.

 
         Kini saatnya kita ceritakan ekspedisi menjelajahi keindahan alam dan petualangan sentra-sentra penghasil kopi di Bumi Andalas hingga titik nol kilometer di Sabang, dalam rangkaian cerita yang akan menggambarkan keseruan dan menguras tenaga dan stamina selama perjalanan.

1. Aroma Kopi Luwak Liwa begitu menggoda 
          Tujuan pertama team Sahabat Petualang setelah mendarat di Bakauheni adalah Liwa,Lampung. Tujuan awal menuju sentra pengolahan kopi KUD Karya Utama di Sipatuhu. Hari Jumat 12 oktober 2012, team Sahabat Petualang memasuki kota Liwa setelah sebelumnya berjibaku di jalanan menghindari iring iringan truk dan bus rute lintas Sumatera.Aura kopi mulai terasa,atribut serta warung kopi bertebaran di berbagai sudut kota.Perkebunan kopi rakyat mulai tampak di jalur Liwa – Danau Ranau. Infrastruktur jalan yang mulus di rute Liwa – Danau Ranau yang di samping kanan kirinya perbukitan hijau yang merupakan perkebunan rakyat, Terios seolah tidak mengeluh kelelahan.Performa mesin Terios tetap mantap walaupun jalanan banyak tikungan dan berkelok kelok.

 
         Tiba di lokasi,di KUD Karya Utama,team Sahabat Petualang langsung diajak menuju ke pabrik pengolahan kopi Liwa.Proses pengolahan biji kopi di KUD Karya Utama ini masih bersifat manual.Dari proses pemilahan biji,proses sangrai hingga proses penggilingan masih mengandalkan tenaga manusia.Untuk peng-ovenannya membutuhkan suhu 190 derajat Celsius untuk mencapai kualitas dan warna yang diinginkan. Istimewanya, kelompok petani kopi di KUD Karya Utama ini berani berinovasi dengan menambahkan aroma gingseng serta aroma pinang. Ya memang harus ada pengembangan produk untuk memenangkan persaingan pasar.



Puas melihat proses pengolahan biji kopi didalam pabrik,team Sahabat Petualang pun diajak ke kebun kopi untuk melihat secara langsung bagaimana memetik buah kopi yang sudah matang. Kini saatnya kopi Luwak menjadi menu selanjutnya. Istimewanya,masih disekitar sentra kopi Danau Ranau ini mengkhususkan luwak. Beruntungnya, kami menyaksikan langsung beberapa luwak atau musang liar yang diberdayakan oleh petani. Tidak semua biji kopi dimakan oleh luwak. Hanya biji kopi pilihan dan punya kualitas terbaiklah yang dimakan. Cara mudah menentukan biji kopi terbaik bisa tampak dari warnanya yang merah dan tenggelam saat hendak direndam air.

Bila sang musang sudah memakan biji kopi terbaik, setidaknya minimal 6 jam kemudian, setelah mengalami fermentasi di dalam pencernaannya,dikeluarkan kembali via feses dalam bentuk sekumpulan biji.Inilah kotoran hewan termahal di dunia. Pembersihan dan pengeringan kembali menjadi langkah selanjutnya sebelum dikirim ke pengolah kopi dan siap dipasarkan.Selain melayani pasar lokal,KUD Karya Utama juga kerap memasok berbagai hotel di Jakarta. Dengan harga satu kilogramnya mencapai 1.9 juta rupiah,jelasnya harga sebanding dengan produksi yang dihasilkan.Setelah puas mengamati proses produksi dan menikmati kopi luwak Ranau,team Sahabat Petualang pun beranjak meninggalkan Liwa dan menuju ke Lahat.

2. Keramahan Kopi Lahat 



        Team Sahabat Petualang tiba di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan menjelang pukul 20.00 WIB setelah sebelummnya mengunjungi dan menikmati aroma kopi Liwa di Lampung. Citra Lahat yang sebelumnya kurang bersahabat,saat ini mulai berubah. Pemerintah daerah sudah membenahi infrastruktur jalan serta penerangan jalan raya,sehingga kondisi Lahat di malam hari terlihat terang. Team Sahabat Petualang mendapatkan kehormatan karena langsung disambut oleh Bupati Lahat,Bpk Haji Saifudin Aswari Riva’i dan staf-nya.
       Dari penjelasan Pak Bupati Lahat,memang masyarakat Lahat sejak jaman dulu sudah menjadi petani kopi sehingga budaya minum kopi di masyarakat Lahat sudah tidak asing. Kebun kopi banyak bertebaran di Lahat,sayangnya pemasarannya banyak dikuasai oleh tengkulak sehingga harga kopi di tingkat petani kerap dipermainkan. Bapak Bupati pun memberikan apresiasi kepada team 7 Wonder Sumatera Coffee Paradise yang programnya sejalan dengan program Pemerintah Daerah Lahat untuk mengangkat kembali kopi Lahat yang sempat populer. Sehingga bisa menggairahkan kembali para petani di Lahat untuk mengolahkembali kebun kopi yang telah lama ditinggalkannya. Esok harinya Team Sahabat Petualang mengunjungi home industry pengolahan kopi tradisional milik privatir, Bpk Zahari Cikman yang sejak tahun 1980 sudah memulai produksinya.


          Masuk ke dalam lingkungan pabriknya,proses pengolahannya begitu sederhana,Mulai dari bahan baku pembakaran batok kelapa, proses berendang (sangrai) hingga penggilingan sampai 2 kali untuk mendapatkan kopi yang siap saji. Tabung oven untuk proses sangrai biji kopi pun masih diputar manual oleh tenaga manusia.Hanya proses penggilingan saja yang dilakukan oleh mesin bertenaga disel.
Walaupun proses pengolahan biji kopi di Lahat ini masih mengandalkan teknologi yang sederhana,namun tidak mengurangi kualitas dan aroma khas kopi Lahat.



         Dari pemilik usaha Bpk Zahari Cikman,Tema Sahabat Petualang mendapatkan penjelasan tentang penentuan kualitas kopi melalui kadar kering bijinya. Umumnya dari petani kopi kadar airnya mulai dari 15% hingga 17% sehingga dibutuhkan proses pengeringan lagi selama 4 hingga 6 hari.Untuk kapasitas produksinya,usaha pengolahan kopi milik Bpk Zahari Cikman ini mampu mengolah kopi hingga 100 kg/hari.Semua karyawannya berasal dari lingkungan sekitar pabrik.Selama ini tidak ada kendala di pemasarannya,semua produk kopi dapat terserap pasar. Tidak hanya dipasarkan di Lahat saja tapi juga sampai ke Rajabasa,Palembang dan sekitarnya.
      Upaya pak Bupati dan Cikman mengembalikan kejayaan kopi Lahat memang membutuhkan dukungan semua pihak. Setidaknya, langkah mereka memberikan kebanggaan serta mengangkat peri kehidupan masyarakat, terutama petani kopi menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Ekspedisi Team Sahabat Petualang selanjutnya menuju ke sentra kopi yang memiliki panorama alam serta hamparan perkebunan kopi yang elok dan nan indah, Pagar Alam.

3. Pesona Kopi Pagar Alam 

        Lokasi Pagar Alam ini hanya berjarak 48 km dari Lahat. 11 tahun yang lalu, Pagar Alam memang masih menjadi satu wilayah dengan Lahat sebelum akhirnya memekarkan diri. Jalanan menuju ke Pagar Alam terlihat mulus walaupun di banyak lokasi jalanan berkelok kelok serta di kanan kirinya bukit bebatuan. Dengan 2 unit Terios varian matic dan 1 unit terios manual memang menuntut kewaspadaan di jalan.Apalagi memasuki perbatasan kota Pagar Alam,kondisi jalanan disertai dengan tanjakan terjal.Walaupun akhirnya 3 unit Terios tersebut sukses mengatasi tantangan jalanan ini. Udara sejuk serta pemandangan alam yang menghijau mendomisi Pagar Alam. Hamparan kebun kopi membentang di lereng Gunung Dempo dan kopi menjadi komoditi andalan Pagar Alam. Team Sahabat Petualang pun penasaran dan segera menuju ke salah satu perkebunan kopi khas ini.

        Memang saat itu bukan waktu yang tepat untuk berkunjung ke Pagar Alam.
Maklum bukan momen panen. Namun demikian bukan berarti para petani penggarap kopi melakukan aktivitas di luar momen itu. Walaupun tidak setiap hari,petani penggarap kopi tetap menjaga kondisi pohon kopi seperti mengontrol daun bila ada yang tidak sehat segera dibuang. Tidak jarang pula memetik buah kopi yang sudah ranum.
Kalau pas musim panen kopi,dalam sekali petik para petani mendapatkan sekitar 5 keranjang/orang.
Setelah “blusukan” ke kebun kopi,team Sahabat Petualang diajak untuk melihat proses pengolahan kopi Pagar Alam disalah satu pabrik yang berada tidak jauh dari kebun kopi tersebut.
        Kopi hasil dari memetik di kebun kopi tersebut segera dipisahkan biji dan cangkangnya. Beruntung, team Sahabat petualang dapat melihat langsung proses pemisahan biji dan cangkangnya.Prosesnya dimulai dari biji kopi disangrai didalam oven yang berbentuk silinder yang dipanaskan dengan kayu bakar dan diputar dengan mesin.Setelah itu biji kopi yang sudah dalam keadaan kering,dimasukkan kedalam mesin pemisah biji dan cangkangnya.Setelah terpisah biji kopi dimasukkan lagi kedalam oven silinder lagi.

       Proses pengolahan kopi di Pagar Alam dengan di Liwa ternyata hampir sama pemrosesannya. Perbedaannya hanya cara me-roaster biji kopinya.Wadah untuk mer-oaster di Liwa dan di Pagar Alam pun hampir sama.Perbedaannya hanya pada penggerak drum roaster-nya saja.Kalau di Lahat masih diputar manul dengan tenaga manusia,di Empat Lawang sudah menggunakan tenaga mesin.Sementara untuk proses penggilingannya pun sama, yaitu menggunakan 2 mesin.Mesin pertama biji kopi dihaluskan menjadi butiran kasar selanjutnya dipindah ke mesin satunya untuk dibuat butiran-butiran kopi yang lembut.


        Dalam sehari pabrik ini bisa memproses sekitar 100 kg kopi dengan cangkangnya dan hanya 60 kg kopi bubuk yang dihasilkan. Sementara sisanya,jadikan pupuk untuk dikembalikan ke kebun kopi agar kesuburan tanahnya terjaga. Puas menyaksikan proses pemisahan biji dan cangkangnya, Team Sahabat Petualang langsung diundang untuk makan siang oleh tuan rumah di tepi sungai. Bukan perkara mudah menuju lokasi tempat makan siang tersebut. Ketiga Terios mesti melintas genangan air sungai dan jalan tidak rata.


        Keunggulan kopi Pagar Alam asli ini adalah aromanya khas dan lebih lembut saat diminum. Bagi penggemar kopi, kenikmatan dan rasanya tidak bisa dilupakan. Potensi ekonomi Pagar Alam dari produksi kopi bubuk ini yang seharusnya didukung semua pihak agar kesejahteraan petani kopi pun akan terangkat ke taraf ekonomi yang lebih baik.

Tujuan ekspedisi penjelajahan kopi Sumatera Sahabat Petualang selanjutnya adalah menuju ke kabupaten Empat Lawang.


4. Empat Lawang, Kota Kopi Andalas

       Perjalanan team Sahabat Petualang dari kota Pagar Alam menuju ke kota Empat Lawang (Tebing Tinggi) harus dilalui melalui jalan yang berkelok kelok,menyusuri pinggiran sungai serta kondisi jalan yang dibeberapa bagian menyempit.Untungnya pemandangan kiri kanan jalan di sepanjang perjalanan sangat indah.Diselingi bukit bukit yang menghijau panorama khas pulau Sumatera menjadi menu yang harus dilalui.Butuh kehati-hatian agar tidak terjadi kecelakaan.Karena kecepatan yang bisa diraih Terios tak bisa terlalu kencang,akibatnya waktu yang dibutuhkan untuk menyelsaikan jarak tempuh sepanjang 122 km membutuhkan waktu selama 3 jam.
       Kopi dalam “bahasa gaul” kota Empat Lawang dikenal dengan nama Kawo,menjadi komoditi andalan masyarakat Empat Lawang. Tidak mengherankan, kalau biji kopi menjadi lambang kabupaten yang baru berusia 5 tahun ini. Pemerintah daerah Empat Lawang cukup getol mendorong dalam mengembangkan industri kopi. Lebih jauh lagi, pemda Empat Lawang membuat motif kain batik berlatar kopi menjadi keunikan tersendiri. Kota yang memiliki slogan Kawo Emass (Ekonomi Maju, Aman, Sehat dan Sejahtera) ini berharap banyak pada komoditi kopi sebagai komoditi unggulannya.


        Kopi Empat Lawang ini berbeda dengan kopi-kopi dari daerah Sumatera lainnya. Kopi disini merupakan persilangan kopi jenis Arabika dan Robusta,sehingga menghasilkan aroma dan rasanya khas Empat Lawang.
      
       Wujud aslinya kopi Robusta tapi aroma kopinya Arabica. Sementara sentra perkebunan kopi di Empat Lawang tersebar di sejumlah lokasi. Salah satunya di Desa Linggis Talang Kupang yang tetap setia dengan kopi. Dari generasi ke generasi, masyarakatnya merupakan petani kopi. Team Sahabat Petualang pun menyempatkan berhenti di sentra perkebunan tersebut melihat secara langsung kebun kopi khas Empat Lawang tersebut. Buah kopinya masih berwarna hijau yang menandakan buah kopi masih belum layak untuk di petik. Setelah cukup mendapatkan informasi tentang tanaman kopi khas Empat Lawang,team Sahabat Petualang bergegas menuju ke pabrik pengolahan kopi yang terletak tidak jauh dari kebun kopi tersebut. Proses pengolahan biji kopi di Empat Lawang ini sudah lebih maju dari pengolahan kopi di Liwa,Lahat maupun di Pagar Alam.Biji kopi Empat Lawang sudah diproses menggunakan mesin bertenaga diesel untuk pengerak oven sangrainya maupun mesin penggilingnya. Bahkan untuk pengeleman kemasannya pun sudah memakai mesin. Jadi proses produksi kopi Empat Lawang ini sudah menerapkan manajemen produksi yang baik


       Perhatian Pemerintah Daerah Empat Lawang terhadap produk kopi andalannya patut diapresiasi.Investor yang akan membuka pabrik pengolahan kopi diberikan lahan industri. Bahkan Pemda Empat Lawang membangun gedung khusus untuk kopi dari berbagai wilayah yang ada di Empat Lawang.
Agar tanaman kopi selalu memberikan nilai tambah bagi komunitas di sekitarnya, Pemda Empat Lawang mempelopori para perajin mebel untuk menggunakan bahan baku kayu dari pohon kopi yang sudah tidak produktif lagi. Agar produk mebel dari pohon kopi dikenal masyarakat luas, Pemda pun berusaha mengajak para perajin mebel untuk ikut dalam pameran mebel yang diadakan oleh berbagai pihak.

       Selama ini kota Empat Lawang sukses memajukan industri kopi,sangat pantas dijuluki kota kopinya Andalas. Produk kopi emas Empat Lawang yang menjadi ikon kota Empat Lawang seyogyanya harus tetap dipertahankan keberlangsungannya.Inilah menjadi pekerjaan rumah masyarakat dan pemerintah daerah setempat agar perekonomian warga semakin baik kedepannya.



      Perjalanan Terios 7 Wonder Sumatera Coffee Paradise sudah memasuki hari ke 4 (14 Oktober 2012) sejak tiba dari Liwa,Lampung. Performa tunggangan Daihatsu Terios pun masih mantap,masih mampu diajak menjalani trek-trek yang lebih menantang lagi setelah meninggalkan kota Empat Lawang. Ekspedisi Terios ini memang hanya mendatangi sentra-sentra kopi yang merupakan penghasil kopi yang beredar di pasaran. Mulai dari Liwa,Lahat,Pagar Alam dan Empat Lawang. 
 
Untuk mengetahui serunya petualangan mencari sentra-sentra produksi kopi yang populer di pulau Sumatera,tonton video rangkuman perjalanan Terios 7 wonder Sumatera Coffee Paradise dibawah ini.




Ekpedisi selanjutnya adalah menuju ke kota Curup. Kota yang juga memiliki sentra kopi yang khas karena berada di daerah yang dingin. Dilanjutkan ke Madailing Natal,hingga ke sentra kopi di Takengon, NAD. Dan akhirnya finish di titik nol kilometer di pulau Weh,Sabang NAD. Nantikan kisah perjananan Terios 7 Wonder Sumatera Coffee selanjutnya yang lebih seru,menguji nyali dan tentunya menantang dalam kisah






 
 




No comments: