Sunday, August 24, 2014

Berburu Surganya Kopi Arabika di Bumi Andalas

           Setelah team Terios 7 Wonder Sumatera Coffee Paradise sukses menguak kenikmatan aroma kopi Robusta sejak dari Liwa di Lampung hingga kopi Empat Lawang di Sumatera Selatan (klik disini kisahnya),ekspedisi Sahabat Petualang dilanjutkan kembali. Tujuan selanjutnya adalah menikmati aroma kopi Curup atau kopi Bengkulu.

1. Hematnya Kopi Curup
 
       Jalanan yang mulus serta dibeberapa lokasi bergelombang dan meliak liuk di rute Pagar Alam – Kepahiang – Curup benar benar menguji performa Daihatsu Terios. Untungnya Terios sudah disematkan berbagai fitur andalan EPS yang memudahkan bermanuver serta sistem kemudi yang ringan.
Sebelum mengunjungi sentra perkebunan kopi serta pabrik pengolahannya,team Sahabat Petualang isitrahat sebentar sambil menikmati nikmatnya kopi Curup yang dijual disalah satu kedai kopi di dekat pasar. Rasa kopi Curup ini memiliki kekhasan tersendiri.Uniknya ampas kopi yang di daerah lainnya dibuang,di Curup ini ampas kopinya bisa diseduh kembali. Hemat..khan.
Setelah puas menikmati aroma kopi Curup,team Sahabat Petualang menuju kesalah satu sentra perkebunan dan pengolahan kopi di Curup. Proses pengolahan kopi di Curup ini hampir sama dengan pengolahan kopi di Pagar Alam.Drum oven untuk me-roaster biji kopi sudah diputar dengan tenaga penggerak dari mesin disel. Sedangkan bahan bakarnya dari kayu bakar kering.

        Sayangnya waktu itu bukan musim panen kopi,walaupun di kebun kopi sudah banyak ditemui buah kopi yang sudah berwarna merah tua.Tandanya buah tersebut sudah layak diolah menjadi kopi bubuk.
Di Curup dan di Kepahiangan ini,kopi merupakan komoditas utama masyarakat setempat.Tak heran hamparan kebun kopi ada dimana-mana. Selain industri kecil yang beroperasi melakukan pengolahan kopi,industri menengahpun hadir untuk memproses buah kopi warga.Pemasaran kopi Curup ini pun sudah menembus luar daerah Curup.
Tak mengherankan bila kopi Curup ini sudah menjadi motor perekonomian masyarakat desa setempat.

       Puas menikmati keindahan alam sentra kopi di Curup serta menikmati uniknya kopi Curup,team Sahabat Petualang pun melanjutkan perjalanan menuju ke Kota Bengkulu. Selepas kota Curup,jalanan menuju ke kota Bengkulu melewati kawasan perbukitan dengan medan jalan yang berkelok kelok.

       Perjalanan Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise ini bukan hanya sekadar menguak sentra kopi belaka di Bumi Andalas. Namun lebih dari itu, Sahabat Petualang juga berbagi kepada sesama sesuai konsep Corporate Social Responsbility (CSR) PT Astra Daihatsu Motor.

Hari ke-6, Tim Terios 7-Wonders yang tiba di Bengkulu menyempatkan hadir pada acara CSR Daihatsu kepada lima Posyandu dan UKM yang dipusatkan di cabang Daihatsu jalan S Parman, Bengkulu. Kegiatan CSR ini dihadiri sejumlah pejabat Pemkot Bengkulu dan Daihatsu.

Lima Posyandu yang menerima bantuan adalah Anak Bangsa, Mekar Sari, Damai, Flamboyan dan Candra. Sedangkan UMKM yang mendapat bantuan adalah Tiara, Ikan Pais “Ibu Jumi”, Jepara Maju, Keripik Ikan EZ dan Kopi Bubuk Mandela. Usai CSR, Sahabat Petualang menyambangi beberapa lokasi bersejarah. Tempat tinggal Ibu Fatmawati Soekarno dan rumah pengasingan, Bung Karno tidak alpa kami kunjungi selain wisata kuliner.


Setelah berisitrahat selama 1 hari di Bengkulu,saatnya memasuki etape yang bakal menguji fisik dan stamina team Sahabat Petualang.Tujuan team selanjutnya adalah kota Mandailing Natal di Sumatera Utara.

2. Kopi Madina yang meredup pamornya

        Inilah rute terpanjang dari ekspedisi Terios 7 Wonder Sumatera Coffee Paradise.Rute Bengkulu menuju ke kota Mandailing Nata via Bukit Tinggi - Tarutung yang berjarak 628 km nyaris ditempuh seharian.Stamina anggota team terkuras menmpuh perjalanan seharian ini. Untungnya mobil tunggangan team,3 unit Terios dalam performa terbaiknya sehingga mampu melibas segala ragam medan di lapangan.Selepas dari Bengkulu,kondisi jalanan masih dalam keadaan mulus,akselerasi Terios pun bisa dimaksimalkan dalam rute ini. Menyusuri jalanan di pinggir pantai barat Sumatera membuat anggota team bergembira setelah sebelumnya hanya disuguhi pemandangan alam perbukitan saja. Pesona pantai barat Sumatera pun tak luput dari eksplorasi team Sahabat Petualang. Rehat sejenak di pinggir pantai dengan angin laut yang bertiup semilir membuat rasa lelah dan penat anggota team Sahabat Petualang sedikit berkurang.


  
        Untuk mempersingkat waktu,team pun segera bergerak menuju ke kota Bukit Tinggi. Infrastruktur jalan menuju ke kota Bukit Tinggi masih dalam keadaan mulus walaupun dibeberapa tempat terdapat jalan rusak yang sangat parah.Jalanan bergelombang yang menciptakana kubangan air dimana-mana,tentunya ini membahayakan keselamatan berkendara. Suspensi Terios yang didesain untuk segala medan terbukti cukup ampuh meredam guncangan melewati rute menuju ke Bukit Tinggi ini. Team Sahabat petualang pun sempat diguyur hujan lebat bahkan ada jalan dibeberapa tempat yang mengalami banjir kecil. Ground Clearence Terios yang tinggi memudahkan Terios melibas adanya banjir kecil tersebut. 

         Memasuki wilayah Tarutung,pemadangan alam pedesaan terpampang didepan mata.Tanaman kelapa diselingi dengan tanaman padi milik warga berada di kanan kiri jalan.Udara yang sejuk dan segar khas alam pedesaan membuat lelah yang mendera anggota team Sahabat Petualang berkurang.

Rute dari Bukit Tinggi menuju ke Tarutung ini merupakan rute paling menguji andreanalin team Sahabat Petualang.Tidak bisa dibayangkan seandainya tunggangan yang dipakai saat itu kehabisan bahan bakar ditengah jalan.Sementara keberadaan SPBU disepanjang jalan tidak jelas keberadaanya.Ketakutan dan keraguan tersebut ditepis oleh performa mesin Daihatsu Terios yang selain handal,kuat dan bertenaga tapi tetap irit bahan bakar.


        Trek jalanan yang hanya cukup dilalui satu mobil mmendominasi rute Bukittingi - Tarutung ini. Lokasi tujuan yang terletak di dataran tinggi membuat akselerasi Terios tidak dapat maksimal.Untungnya team Sahabat Petualang sewaktu melewati rute semak belukar tersebut kondisi cuaca cukup bersahabat,walaupun terlihat sebelumnya turun hujan gerimis di sepanjang rute tersebut.

        Setelah sampai di Mandailing Natal,team Sahabat Petualang menyempatkan diri menikmati kopi khas Mandailing di sebuah kedai kopi. Aroma kopi Mandailing ini harum baunya dan mantap rasanya,sebagian besar kopi arabika yang menjadi pilihan di Mandailing, tukas pemilik kedai kopi.Menurut catatan sejarah,bangsa Belanda yang membawa kopi ke wilayah ini sejak tahun 1699. Di kecamatan Pakantan lah sentra pengembangan kopi pertama yang berdiri di Sumatera ini. Dengan lokasi yang berada pada ketinggian diatas 1200 meter dari permukaan laut, kopi jenis arabika yang cocok berkembang sesuai alam Mandailing ini. Sayangnya saat ini pamor kopi Mandailing sudah meredup,padahal dulunya kopi adalah komoditas ekspor utama hingga ke Eropa.
 
Untuk menelusuri keunikan dan karakteristik dari kopi Madailing ini,team Sahabat Petualang mengunjungi perkebunan rakyat yang berada di perbukitan hijau. Jalur semi-offroad mesti dilakoni ketiga Daihatsu Terios. Bukan perkara mudah, untuk menuju ke lokasi. Jaraknya 25 kilometer dari kedai tempat team Sahabat Petualang singgah. Jalan sempit dan berlubang mendominasi menuju perkebunan rakyat. Akhirnya, kami sampai di desa Langgamtama Simpang Banyak Mandailing yang diapit perbukitan rindang.

Luas lahah perkebunan kopi yang dikelola oleh rakyat desa Langgamtama tersebut adalah 50 hektar. Sementara diarea lainnya terdapat 150 hektar lahan perkebunan kopi yang dikelola oleh warga negara asing. Hampir seluruhnya tanaman kopi yang ditanam di perkebunan tersebut berjenis kopi arabika. Sementara perkebunannya sendiri masih begitu sederhana dan konvensional. Malah cenderung tradisional. Tentu ini menjadi pekerjaan rumah pemerintah daerah setempat beserta segenap masyarakat agar potensi kopi Mandailing yang sudah redup dapat bersinar kembali. Setidaknya, potensi dan karakteristik itu masih ada di Kopi Mandailing.

Kalau bukan kita yang melestarikan kopi Mandailing,siapa lagi.

Sebelum menuju ke destinasi terakhir perburuan sentra kopi di Sumatera yaitu menuju ke Takengon,tema Sahabat Petualang mampir sebentar di kota Medan tepatnya di cabang Daihatsu, jalan Sisingamangaraja No. 170 Medan untuk ikut menyaksikan penyerahan bantuan CSR Daihatsu dalam rangka ulang tahun Daihatsu yang ke 105. Bantuan CSR diberikan kepada 2 Posyandu (Kenanga 1 dan Mawar XII) dan 5 UMKM (Wolken, Keripik Pisang Bu Nur, Keripik Cap Merak, Berkat Rahmat dan Sirup Markisa Brastagi Bee).

Sebelum bertolak menuju ke Takengon,Aceh Tengah,team Sahabat Petualang berkesempatan menyambangi salah satu posyandu yang menerima bantuan CSR dari Daihatsu,yaitu Posyandu Kenanga 1 yang berlokasi di Kantor Kelurahan Pasar Merah Barat, Kecamatan Medan Kota,Kota Medan.


Berbagai peralatan untuk mendukung kegiatan posyandu seperti timbangan, termometer, stetoskop hingga permainan edukatif diterima oleh posyandu kenanga 1. Harapannya kegiatan Posyandu Kenanga 1 akan semakin meningkat sehingga proses tumbuh kembang anak dapat dimaksimalkan.

Saatnya team Sahabat Petualang bergerak dan siap menuju ke tempat perburuan kopi terakhir yaitu menuju ke Takengon,Kabupaten Aceh Tengah,Nanggroe Aceh Darussalam.

3. Kopi Gayo, Kopi kebanggan Aceh

Selepas dari kota Medan, infrastruktur jalan raya terbilang mulus dan kondisi lalulintasnya cukup sepi. Akselerasi kecepatan Terios pun dapat dimaksimalkan.Mendekati perbatasan antara Sumatera Utara dengan NAD, kondisi jalanan mulai berbukit dan berliku-liku.


         Kondisi jalan yang sedikit rusak serta melewati proyek jalan yang belum selesai menjadi menu wajib dari ekspedisi ini.Belum ditambah jalan yang masih berupa tanah,tentu diperlukan kehati-hatian dari pengemudi team apalagi kondisi tanahnya habis diguyur hujan.Kondisi jalanan yang licin bisa memicu Terios mengalami selip ban.Di Rute Medan – Langsa– Bireun – Bener Meriah – Takengon ini suspensi Terios benar benar diuji kehandalannya.Untungnya selama berada di medan,3 unit Terios telah menjalani “medical check up” dengan perubahan salah satunya pada peredam dan shock absorber baik depan maupun belakang.Perubahan ini terbukti ampuh melibas trek ini. Seluruh kru Sahabat Petualang plus bawaan ekstra mampu terakomodasi oleh sosok Terios. Bahkan sebelum mencapai lokasi tujuan,team Sahabat Petualang masih mendapatkan rintangan di jalur light offroad Oregon di Takengon menjadi tantangan. Sekedar informasi, trek Oregon menjadi “ajang” uji kehebatan komunitas 4WD setempat. Dan Terios yang notabene berpenggerak 2WD mencoba tantangan itu.

Begitu ketiga Terios mampu melibas jalur Oregon, kian manis, perjuangan tim Terios 7 Wonders: Sumatera Coffee Paradise langsung dihadapkan pemandangan eksotis, hamparan Danau Laut Tawar nan indah membayar tuntas perjalanan menantang ini.


            Hijau dan sejuk menyapa team Sahabat Petualang di Takengon.Pemandangan khas pegunungan dengan udara yang masih bersih serta lingkungan yang masih asri serta tanaman kopi yang ditanam warga dipinggir jalan menambah eksotisnya wilayah Takengon. Kopi jenis Arabika mendominasi perkebunan yang membutuhkan tingkat ketinggian di atas 1.300 meter dari permukaan laut ini.

Team berkunjung ke salah satu sentra Kopi Gayo, Ketiara di Takengon.Melihat secara langsung petani kopi memetik buah kopi,dikeringkan dengan dijemur di lantai semen hingga pemilihan biji kopi kering sesuai dengan kualitasnya dilakukan di Ketiara ini. Dilokasi pabrik,team mendapat penjelasan tentang berbagai jenis kopi khas Gayo yang menjadi produk andalan di Ketiara. Tidak ketinggalan team langsung merasakan kenikmatan kopi Gayo ditempat asalnya.

           Kopi sudah menjadi industri yang menjanjikan di Takengon. Mulai dari koperasi, usaha dagang (UD) hingga perusahaan terbatas hadir mengelola industri ini. Tidak jarang, buyer dari lokal hingga mancanegara langsung datang untuk bertransaksi. Untuk menjaga kualitas, laboratorium serta upaya menjaga mutu menjadi hal mutlak. Bahkan tester andal bersertifikat hadir untuk menjaga hal itu. Maklum, untuk pasar mancanegara, butuh kestabilan dan karakter rasa dan mutu kopi itu sendiri.

Kopi bak harta berharga yang terpendam dari Bumi Serambi Mekkah. Tidak heran, kopi dan masyarakat begitu bertautan. Dengan letak geografis serta pengolahan yang detail dalam pemrosesan membuat Kopi Gayo begitu berkarakter. Tidak heran, kalau masa kolonial Belanda hingga Jepang, komoditi kopi menjadi andalan yang dikembangkan

Dengan aroma dan citra rasa yang khas, kopi Gayo serta sudah tersebar aromanya hingga mancanegara sudah selayaknya kopi Gayo menjadi kopi kebanggaan bangsa, tidak hanya menjadi kopi kebanggaan Aceh saja.

Finish di Pulau terbarat Indonesia

      Puas menikmati aroma kopi legendaris khas Aceh,team Sahabat Petualang bergerak menuju ke Titik Nol Kilometer,dimana batas negara republik Indonesia dimulai. Rute Takengon – Banda Aceh Terios tidak menemui kendala yang berarti. Trek jalanan tanah disertai banyaknya debu beterbangan tidak menghalangi Terios melaju.

Setelah seharian menempuh perjalanan ,akhirnya team Sahabat Petualang sampai di pelabuhan untuk menuju ke Pulau Sabang.

 




          Akhirnya, tanggal 24 Oktober 2012 Sahabat Petualang dengan kru 10 orang berlabuh di Pulau Weh Kabupaten Sabang, Nangroe Aceh Darussalam dengan selamat tepat waktu menunjukkan pukul 13.00 WIB. Daihatsu (PT Astra Daihatsu Motor) menjadi APM pertama yang sukses menjejakkan kaki kali pertama di ujung Negeri Serambi Mekkah. Selepas pelabuhan Sabang,membutuhkan waktu 45 menit menuju lokasi titik Nol Kilometer yang berada di kawasan Hutan Wisata Sabang tepatnya di Desa Iboih Ujong Ba’u, Kecamatan Sukakarya, sekitar 5 km dari Pantai Iboih. Terdapat prasasti 2 prasasti yang terbuat dari batu granit yang bertuliskan penetapan posisi geografis KM-0 Indonesia yang diukur oleh pakar BPP Teknologi dengan menggunakan teknologi Global Positioning System (GPS). Prasasti kedua menjelaskan posisi geografis tempat ini yaitu Lintang: 05o 54’ 21.42” LU. Bujur: 95o 13’ 00.50” BT. Tinggi: 43.6 Meter (MSL). Posisi Geografis dalam Ellipsoid WGS 84”.


      Monumen ini menjadi sejarah kehadiran Terios 7 Wonders: Sumatera Coffee Paradise dan manajemen Astra Daihatsu Motor menjejakkan kaki di sini. Pekikan sejarah sang proklamator,Bung Karno, “Dari Sabang Sampai Merauke” seolah kembali menggema sekaligus menegaskan rasa kebanggaan sebagai bangsa. Yup, dari Titik Nol Kilometer inilah penegasan kebangsaan kembali membuncah. Monumen inilah yang menjadi simbol perekat bangsa Indonesia yang terkenal dengan slogan “Dari Sabang Sampai Merauke”.

 
       Selain menguak surganya kopi di Pulau Sumatera,perjalanan membuktikan Daihatsu Terios tangguh berkendara di segala medan. Meski disiksa menjelajah alam Sumatera, Terios tetap tangguh hingga sukses di titik nol kilometer di Sabang. Ketiga Terios sukses menjelajah hingga 3.657,1 kilometer. Pencapaian yang luar biasa dari Daihatsu Terios.
Sebagai wujud rasa syukur atas pencapaian Terios dalam ekspedisi menguak surganya kopi di Sumatera ini,pada tanggal 25 Oktober 2012 bertepatan dengan hari raya Idul Adha,manajemen Daihatsu menyerahkan 3 ekor sapi qurban kepada Takmir Masjid Baiturrahman,Banda Aceh.



         Perjalanan panjang selama 15 hari dalam ekspedisi Terios 7 Wonder Sumatera Coffee Paradise tidak hanya menguak sentra sentra kopi legendaris saja,tapi juga sebagai uji ketangguhan dan kehandalan dari produk Daihatsu Terios dalam melintasi medan dengan karakter jalan yang bervariasi. Dan Terios sukses menaklukkannya. Selamat buat Daihatsu Terios.....

Tonton video perjalanan Terios 7 Wonder Sumatera Coffee Paradise selengkapnya di bawah ini :






 


No comments: