Setelah
team Terios 7 Wonder Sumatera Coffee Paradise sukses menguak
kenikmatan aroma kopi Robusta sejak dari Liwa di Lampung hingga kopi
Empat Lawang di Sumatera Selatan (klik disini kisahnya),ekspedisi
Sahabat Petualang dilanjutkan kembali. Tujuan selanjutnya adalah
menikmati aroma kopi Curup atau kopi Bengkulu.
1. Hematnya
Kopi Curup
Jalanan
yang mulus serta dibeberapa lokasi bergelombang dan meliak liuk di
rute Pagar Alam – Kepahiang – Curup benar benar menguji performa
Daihatsu Terios. Untungnya Terios sudah disematkan berbagai fitur
andalan EPS yang memudahkan bermanuver serta sistem kemudi yang
ringan.
Sebelum
mengunjungi sentra perkebunan kopi serta pabrik pengolahannya,team
Sahabat Petualang isitrahat sebentar sambil menikmati nikmatnya kopi
Curup yang dijual disalah satu kedai kopi di dekat pasar. Rasa kopi
Curup ini memiliki kekhasan tersendiri.Uniknya ampas kopi yang di
daerah lainnya dibuang,di Curup ini ampas kopinya bisa diseduh
kembali. Hemat..khan.
Setelah
puas menikmati aroma kopi Curup,team Sahabat Petualang menuju kesalah
satu sentra perkebunan dan pengolahan kopi di Curup. Proses
pengolahan kopi di Curup ini hampir sama dengan pengolahan kopi di
Pagar Alam.Drum oven untuk me-roaster biji kopi sudah diputar dengan
tenaga penggerak dari mesin disel. Sedangkan bahan bakarnya dari kayu
bakar kering.
Sayangnya
waktu itu bukan musim panen kopi,walaupun di kebun kopi sudah banyak
ditemui buah kopi yang sudah berwarna merah tua.Tandanya buah
tersebut sudah layak diolah menjadi kopi bubuk.
Di
Curup dan di Kepahiangan ini,kopi merupakan komoditas utama
masyarakat setempat.Tak heran hamparan kebun kopi ada dimana-mana.
Selain industri kecil yang beroperasi melakukan pengolahan
kopi,industri menengahpun hadir untuk memproses buah kopi
warga.Pemasaran kopi Curup ini pun sudah menembus luar daerah Curup.
Tak
mengherankan bila kopi Curup ini sudah menjadi motor perekonomian
masyarakat desa setempat.
Puas
menikmati keindahan alam sentra kopi di Curup serta menikmati uniknya
kopi Curup,team Sahabat Petualang pun melanjutkan perjalanan menuju
ke Kota Bengkulu. Selepas kota Curup,jalanan menuju ke kota Bengkulu
melewati kawasan perbukitan dengan medan jalan yang berkelok kelok.
Perjalanan
Terios 7 Wonders Sumatera Coffee Paradise ini bukan hanya sekadar
menguak sentra kopi belaka di Bumi Andalas. Namun lebih dari itu,
Sahabat Petualang juga berbagi kepada sesama sesuai konsep Corporate
Social Responsbility (CSR) PT Astra Daihatsu Motor.
Hari
ke-6, Tim Terios 7-Wonders yang tiba di Bengkulu menyempatkan hadir
pada acara CSR Daihatsu kepada lima Posyandu dan UKM yang dipusatkan
di cabang Daihatsu jalan S Parman, Bengkulu. Kegiatan CSR ini
dihadiri sejumlah pejabat Pemkot Bengkulu dan Daihatsu.
Lima
Posyandu yang menerima bantuan adalah Anak Bangsa, Mekar Sari, Damai,
Flamboyan dan Candra. Sedangkan UMKM yang mendapat bantuan adalah
Tiara, Ikan Pais “Ibu Jumi”, Jepara Maju, Keripik Ikan EZ dan
Kopi Bubuk Mandela. Usai CSR, Sahabat Petualang menyambangi beberapa
lokasi bersejarah. Tempat tinggal Ibu Fatmawati Soekarno dan rumah
pengasingan, Bung Karno tidak alpa kami kunjungi selain wisata
kuliner.
Setelah
berisitrahat selama 1 hari di Bengkulu,saatnya memasuki etape yang
bakal menguji fisik dan stamina team Sahabat Petualang.Tujuan team
selanjutnya adalah kota Mandailing Natal di Sumatera Utara.
2. Kopi Madina yang meredup pamornya
Inilah
rute terpanjang dari ekspedisi Terios 7 Wonder Sumatera Coffee
Paradise.Rute Bengkulu menuju ke kota Mandailing Nata via Bukit
Tinggi - Tarutung yang berjarak 628 km nyaris ditempuh
seharian.Stamina anggota team terkuras menmpuh perjalanan seharian
ini. Untungnya mobil tunggangan team,3 unit Terios dalam performa
terbaiknya sehingga mampu melibas segala ragam medan di
lapangan.Selepas dari Bengkulu,kondisi jalanan masih dalam keadaan
mulus,akselerasi Terios pun bisa dimaksimalkan dalam rute ini.
Menyusuri jalanan di pinggir pantai barat Sumatera membuat anggota
team bergembira setelah sebelumnya hanya disuguhi pemandangan alam
perbukitan saja. Pesona pantai barat Sumatera pun tak luput dari
eksplorasi team Sahabat Petualang. Rehat sejenak di pinggir pantai
dengan angin laut yang bertiup semilir membuat rasa lelah dan penat
anggota team Sahabat Petualang sedikit berkurang.
Untuk
mempersingkat waktu,team pun segera bergerak menuju ke kota Bukit
Tinggi. Infrastruktur jalan menuju ke kota Bukit Tinggi masih dalam
keadaan mulus walaupun dibeberapa tempat terdapat jalan rusak yang
sangat parah.Jalanan bergelombang yang menciptakana kubangan air
dimana-mana,tentunya ini membahayakan keselamatan berkendara.
Suspensi Terios yang didesain untuk segala medan terbukti cukup ampuh
meredam guncangan melewati rute menuju ke Bukit Tinggi ini. Team
Sahabat petualang pun sempat diguyur hujan lebat bahkan ada jalan
dibeberapa tempat yang mengalami banjir kecil. Ground
Clearence Terios
yang tinggi memudahkan Terios melibas adanya banjir kecil tersebut.
Memasuki
wilayah Tarutung,pemadangan alam pedesaan terpampang didepan
mata.Tanaman kelapa diselingi dengan tanaman padi milik warga berada
di kanan kiri jalan.Udara yang sejuk dan segar khas alam pedesaan
membuat lelah yang mendera anggota team Sahabat Petualang berkurang.
Rute
dari Bukit Tinggi menuju ke Tarutung ini merupakan rute paling
menguji andreanalin team Sahabat Petualang.Tidak bisa dibayangkan
seandainya tunggangan yang dipakai saat itu kehabisan bahan bakar
ditengah jalan.Sementara keberadaan SPBU disepanjang jalan tidak
jelas keberadaanya.Ketakutan dan keraguan tersebut ditepis oleh
performa mesin Daihatsu Terios yang selain handal,kuat dan bertenaga
tapi tetap irit bahan bakar.
Trek
jalanan yang hanya cukup dilalui satu mobil mmendominasi rute
Bukittingi - Tarutung ini. Lokasi tujuan yang terletak di dataran
tinggi membuat akselerasi Terios tidak dapat maksimal.Untungnya team
Sahabat Petualang sewaktu melewati rute semak belukar tersebut
kondisi cuaca cukup bersahabat,walaupun terlihat sebelumnya turun
hujan gerimis di sepanjang rute tersebut.
Setelah
sampai di Mandailing Natal,team Sahabat Petualang menyempatkan diri
menikmati kopi khas Mandailing di sebuah kedai kopi. Aroma kopi
Mandailing ini harum baunya dan mantap rasanya,sebagian besar kopi
arabika yang menjadi pilihan di Mandailing, tukas pemilik kedai
kopi.Menurut catatan sejarah,bangsa Belanda yang membawa kopi ke
wilayah ini sejak tahun 1699. Di kecamatan Pakantan lah sentra
pengembangan kopi pertama yang berdiri di Sumatera ini. Dengan lokasi
yang berada pada ketinggian diatas 1200 meter dari permukaan laut,
kopi jenis arabika yang cocok berkembang sesuai alam Mandailing ini.
Sayangnya saat ini pamor kopi Mandailing sudah meredup,padahal
dulunya kopi adalah komoditas ekspor utama hingga ke Eropa.
Untuk
menelusuri keunikan dan karakteristik dari kopi Madailing ini,team
Sahabat Petualang mengunjungi perkebunan
rakyat yang berada di perbukitan hijau. Jalur semi-offroad mesti
dilakoni ketiga Daihatsu Terios. Bukan perkara mudah, untuk menuju ke
lokasi. Jaraknya 25 kilometer dari kedai tempat team Sahabat
Petualang singgah. Jalan sempit dan berlubang mendominasi menuju
perkebunan rakyat. Akhirnya, kami sampai di desa Langgamtama Simpang
Banyak Mandailing yang diapit perbukitan rindang.
Luas
lahah perkebunan kopi yang dikelola oleh rakyat desa Langgamtama
tersebut adalah 50 hektar. Sementara diarea lainnya terdapat 150
hektar lahan perkebunan kopi yang dikelola oleh warga negara asing.
Hampir seluruhnya tanaman kopi yang ditanam di perkebunan tersebut
berjenis kopi arabika. Sementara perkebunannya sendiri masih begitu
sederhana dan konvensional. Malah cenderung tradisional. Tentu ini
menjadi pekerjaan rumah pemerintah daerah setempat beserta segenap
masyarakat agar potensi kopi Mandailing yang sudah redup dapat
bersinar kembali. Setidaknya, potensi dan karakteristik itu masih ada
di Kopi Mandailing.
Kalau
bukan kita yang melestarikan kopi Mandailing,siapa lagi.
Sebelum
menuju ke destinasi terakhir perburuan sentra kopi di Sumatera yaitu
menuju ke Takengon,tema Sahabat Petualang mampir sebentar di kota
Medan tepatnya di cabang Daihatsu, jalan Sisingamangaraja No.
170 Medan untuk ikut menyaksikan penyerahan bantuan CSR Daihatsu
dalam rangka ulang tahun Daihatsu yang ke 105. Bantuan CSR diberikan
kepada 2 Posyandu (Kenanga 1 dan Mawar XII) dan 5 UMKM (Wolken,
Keripik Pisang Bu Nur, Keripik Cap Merak, Berkat Rahmat dan Sirup
Markisa Brastagi Bee).
Sebelum
bertolak menuju ke Takengon,Aceh Tengah,team Sahabat Petualang berkesempatan
menyambangi salah satu posyandu yang menerima bantuan CSR dari
Daihatsu,yaitu Posyandu Kenanga 1 yang berlokasi di Kantor Kelurahan
Pasar Merah Barat, Kecamatan Medan Kota,Kota Medan.
Berbagai
peralatan untuk mendukung kegiatan posyandu seperti timbangan, termometer, stetoskop hingga permainan edukatif diterima oleh
posyandu kenanga 1. Harapannya kegiatan Posyandu Kenanga 1 akan
semakin meningkat sehingga proses tumbuh kembang anak dapat
dimaksimalkan.
Saatnya
team Sahabat Petualang bergerak dan siap menuju ke tempat perburuan
kopi terakhir yaitu menuju ke Takengon,Kabupaten Aceh Tengah,Nanggroe Aceh Darussalam.
3. Kopi Gayo, Kopi kebanggan Aceh
Selepas
dari kota Medan, infrastruktur jalan raya terbilang mulus dan kondisi
lalulintasnya cukup sepi. Akselerasi kecepatan Terios pun dapat
dimaksimalkan.Mendekati perbatasan antara Sumatera Utara dengan NAD,
kondisi jalanan mulai berbukit dan berliku-liku.
Kondisi
jalan yang sedikit rusak serta melewati proyek jalan yang belum
selesai menjadi menu wajib dari ekspedisi ini.Belum ditambah jalan
yang masih berupa tanah,tentu diperlukan kehati-hatian dari pengemudi
team apalagi kondisi tanahnya habis diguyur hujan.Kondisi jalanan
yang licin bisa memicu Terios mengalami selip ban.Di Rute Medan –
Langsa– Bireun – Bener Meriah – Takengon ini suspensi Terios
benar benar diuji kehandalannya.Untungnya selama berada di medan,3
unit Terios telah menjalani “medical
check up”
dengan perubahan salah satunya pada peredam dan shock
absorber
baik depan maupun belakang.Perubahan ini terbukti ampuh melibas trek
ini. Seluruh kru Sahabat Petualang plus bawaan ekstra mampu
terakomodasi oleh sosok Terios. Bahkan sebelum mencapai lokasi
tujuan,team Sahabat Petualang masih mendapatkan rintangan di jalur
light
offroad Oregon
di Takengon menjadi tantangan. Sekedar informasi, trek Oregon menjadi
“ajang” uji kehebatan komunitas 4WD setempat. Dan Terios yang
notabene berpenggerak 2WD mencoba tantangan itu.
Begitu
ketiga Terios mampu melibas jalur Oregon, kian manis, perjuangan tim
Terios 7 Wonders: Sumatera Coffee Paradise langsung dihadapkan
pemandangan eksotis, hamparan Danau Laut Tawar nan indah membayar
tuntas perjalanan menantang ini.
Hijau
dan sejuk menyapa team Sahabat Petualang di Takengon.Pemandangan khas
pegunungan dengan udara yang masih bersih serta lingkungan yang masih
asri serta tanaman kopi yang ditanam warga dipinggir jalan menambah
eksotisnya wilayah Takengon. Kopi jenis Arabika mendominasi
perkebunan yang membutuhkan tingkat ketinggian di atas 1.300 meter
dari permukaan laut ini.
Team
berkunjung ke salah satu sentra Kopi Gayo, Ketiara di
Takengon.Melihat secara langsung petani kopi memetik buah
kopi,dikeringkan dengan dijemur di lantai semen hingga pemilihan biji
kopi kering sesuai dengan kualitasnya dilakukan di Ketiara ini.
Dilokasi pabrik,team mendapat penjelasan tentang berbagai jenis kopi
khas Gayo yang menjadi produk andalan di Ketiara. Tidak ketinggalan
team langsung merasakan kenikmatan kopi Gayo ditempat asalnya.
Kopi
sudah menjadi industri yang menjanjikan di Takengon. Mulai dari
koperasi, usaha dagang (UD) hingga perusahaan terbatas hadir
mengelola industri ini. Tidak jarang, buyer
dari
lokal hingga mancanegara langsung datang untuk bertransaksi. Untuk
menjaga kualitas, laboratorium serta upaya menjaga mutu menjadi hal
mutlak. Bahkan tester andal bersertifikat hadir untuk menjaga hal
itu. Maklum, untuk pasar mancanegara, butuh kestabilan dan karakter
rasa dan mutu kopi itu sendiri.
Kopi
bak harta berharga yang terpendam dari Bumi Serambi Mekkah. Tidak
heran, kopi dan masyarakat begitu bertautan. Dengan letak geografis
serta pengolahan yang detail dalam pemrosesan membuat Kopi Gayo
begitu berkarakter. Tidak heran, kalau masa kolonial Belanda hingga
Jepang, komoditi kopi menjadi andalan yang dikembangkan
Dengan
aroma dan citra rasa yang khas, kopi Gayo serta sudah tersebar
aromanya hingga mancanegara sudah selayaknya kopi Gayo menjadi kopi
kebanggaan bangsa, tidak hanya menjadi kopi kebanggaan Aceh saja.
Finish
di Pulau terbarat Indonesia
Puas
menikmati aroma kopi legendaris khas Aceh,team Sahabat Petualang
bergerak menuju ke Titik Nol Kilometer,dimana batas negara republik
Indonesia dimulai. Rute Takengon – Banda Aceh Terios tidak menemui
kendala yang berarti. Trek jalanan tanah disertai banyaknya debu
beterbangan tidak menghalangi Terios melaju.
Setelah
seharian menempuh perjalanan ,akhirnya team Sahabat Petualang sampai
di pelabuhan untuk menuju ke Pulau Sabang.
Akhirnya,
tanggal 24 Oktober 2012 Sahabat Petualang dengan kru 10 orang
berlabuh di Pulau Weh Kabupaten Sabang, Nangroe Aceh Darussalam
dengan selamat tepat waktu menunjukkan pukul 13.00 WIB. Daihatsu (PT
Astra Daihatsu Motor) menjadi APM pertama yang sukses menjejakkan
kaki kali pertama di ujung Negeri Serambi Mekkah. Selepas pelabuhan
Sabang,membutuhkan waktu 45 menit menuju lokasi titik Nol Kilometer
yang berada di kawasan Hutan Wisata Sabang tepatnya di Desa Iboih
Ujong Ba’u, Kecamatan Sukakarya, sekitar 5 km dari Pantai Iboih.
Terdapat prasasti 2 prasasti yang terbuat dari batu granit yang
bertuliskan penetapan posisi geografis KM-0 Indonesia yang diukur
oleh pakar BPP Teknologi dengan menggunakan teknologi Global
Positioning System (GPS). Prasasti kedua menjelaskan posisi geografis
tempat ini yaitu
Lintang: 05o 54’ 21.42” LU. Bujur: 95o 13’ 00.50” BT.
Tinggi: 43.6 Meter (MSL). Posisi Geografis dalam Ellipsoid WGS 84”.
Monumen
ini menjadi sejarah kehadiran Terios 7 Wonders: Sumatera Coffee
Paradise dan manajemen Astra Daihatsu Motor menjejakkan kaki di sini.
Pekikan sejarah sang proklamator,Bung Karno, “Dari Sabang Sampai
Merauke” seolah kembali menggema sekaligus menegaskan rasa
kebanggaan sebagai bangsa. Yup, dari Titik Nol Kilometer inilah
penegasan kebangsaan kembali membuncah. Monumen inilah yang menjadi
simbol perekat bangsa Indonesia yang terkenal dengan slogan “Dari
Sabang Sampai Merauke”.
Selain
menguak surganya kopi di Pulau Sumatera,perjalanan membuktikan Daihatsu Terios tangguh
berkendara di segala medan.
Meski disiksa menjelajah alam Sumatera, Terios tetap tangguh hingga
sukses di titik nol kilometer di Sabang. Ketiga Terios sukses
menjelajah hingga 3.657,1 kilometer. Pencapaian yang luar biasa dari
Daihatsu Terios.
Sebagai
wujud rasa syukur atas pencapaian Terios dalam ekspedisi menguak
surganya kopi di Sumatera ini,pada tanggal 25 Oktober 2012 bertepatan
dengan hari raya Idul Adha,manajemen Daihatsu menyerahkan 3 ekor sapi
qurban kepada Takmir Masjid Baiturrahman,Banda Aceh.
Perjalanan
panjang selama 15 hari dalam ekspedisi Terios 7 Wonder Sumatera
Coffee Paradise tidak hanya menguak sentra sentra kopi legendaris
saja,tapi juga sebagai uji ketangguhan dan kehandalan dari produk Daihatsu Terios dalam melintasi medan dengan karakter jalan yang
bervariasi. Dan Terios sukses menaklukkannya. Selamat buat Daihatsu
Terios.....
Tonton video perjalanan Terios 7 Wonder Sumatera Coffee Paradise selengkapnya di bawah ini :
No comments:
Post a Comment