Tuesday, August 18, 2015

Lindungi Anak Indonesia Menuju Generasi Emas


Beberapa hari lalu,kawan saya membagikan sebuah status dari temannya yang membuat saya kaget dan terhenyak.Dalam statusnya tersebut diceritakan ada sebuah panti asuhan di Jawa Timur dengan kondisi anak anak panti yang memprihatinkan.Anak anak yang sebagian besar balita tersebut dalam kondisi tidak terawat dengan baik,banyak yang dalam kondisi sakit yang disebabkan karena ruam popok hingga mallnutrisi.Menurut beberapa orang yang sudah berkunjung kesana,kondisi panti asuhan tersebut memang jorok,faktor kebersihan dan kesehatan anak asuhnya tidak diperhatikan sama sekali.

Darimana asalnya bayi bayi yang diasuh di panti tersebut?Ada kecenderungan bahwa anak-anak yang diasuh oleh panti bukannya dititipkan oleh orang tuanya masing-masing melainkan sepenuhnya diserahkan karena kelahiran mereka tidak diinginkan.Bahkan terdapat juga kasus sejumlah calon orang tua telah mendaftarkan anak mereka di daftar tunggu untuk diserahkan ke panti asuhan.Apa yang terjadi di Jawa Timur tersebut tentu membuat hati siapapun menjadi miris melihatnya.Sebuah ironi mengingat orang tua seharusnya bertanggung jawab untuk mengawal, merawat,mengasuh serta mendidik anak-anak mereka.

Kejadian ini mengingatkan saya pada peristiwa yang menimpa seorang gadis tetangga saya.Setelah lulus dari sekolah menengah atas,kemudian bekerja di Bekasi,6 bulan kemudian pulang ke rumah sudah dalam kondisi hamil.Sayangnya pria yang menghamilinya tidak mau bertanggungjawab. Sementara pihak keluarga si gadis yang sudah terlanjur malu,tidak ingin merawat dan membesarkan anak tersebut kelak setelah dilahirkan.Akhirnya anak tersebut diserahkan ke panti dan sampai hari ini ibunya belum pernah sekalipun menengoknya.

Lebih menghebohkan lagi bahkan telah tersebar sampai ke luar negeri lewat majalah ternama, TIME adalah tersebarnya seri foto tentang fenomena perokok anak di Indonesia.Salah satu seri fotonya menampilkan seorang bocah seusia SD di Garut memulai harinya dengan menghisap sebatang rokok dan dalam sehari ia sanggup menghabiskan 2 bungkus rokok seorang diri.Bahkan dalam beberapa kesempatan bocah ini merokok dengan santainya di sofa dekat dengan sang ibu yang sedang menyusui adiknya.Hadeuhhh,makin parah saja kondisi anak anak Indonesia saat ini.

Selain persoalan anak seperti tersebut diatas,kasus terbaru dan sempat membuat kehebohan nasional adalah kasus penelantaran 5 anak di sebuah perumahan elit di Bekasi,Jawa Barat serta kasus kekerasan fisik yang berujung pada kematian,kasus Engeline.Mengherankannya kedua kasus tersebut tempat kejadiannya justru berada di rumah,lokasi yang dianggap paling aman bagi anak anak.Semoga ini menjadi kasus terakhir dan jangan sampai terulang lagi kasus kasus seperti yang menimpa Engeline ini di wilayah Indonesia.

Masih banyak lagi kasus kasus persoalan anak yang tejadi dimasyarakat dan tidak terekspos oleh media maintstream.Berkaca pada kasus tersebut diatas tentang begitu kompleksnya kasus persoalan anak yang terjadi disekitar kita,dalam pikiran saya berkecamuk banyak hal diantaranya bagaimana kehidupan dan masa depan dari anak anak yang dilahirkan dalam kondisi demikian. Bukankah anak adalah perwujudan doa dan harapan dari orang tuanya serta sebagai generasi penerus bangsa ini?

Saat ini jumlah anak-anak yang berada dalam situasi sulit berdasarkan data dari Kementerian Sosial RI adalah sebanyak 17,7 Juta (Kompas,23 Februari 2010) yang meliputi anak-anak telantar,anak-anak yang dieksploitasi dan anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus termasuk anak cacat,anak-anak yang berada di dalam lembaga pemasyarakatan,anak-anak yang berada di dalam panti asuhan dan juga anak-anak yang bekerja di sektor formal maupun informal.Jumlah tersebut belum termasuk anak-anak yang berasal dari suku terasing,anak-anak yang menderita HIV/AIDS serta anak-anak yang terdiskriminasi karena berbagai alasan seperti suku,agama dan ras.Fakta ini membuktikan bahwa masih banyak persoalan anak yang hingga saat ini belum terselesaikan secara komprehensif.

Padahal berbagai persoalan anak tersebut bila tidak diupayakan penyelesaiannya akan memiliki banyak resiko di kemudian hari,tak hanya bagi anak sendiri namun bagi negara juga.Akibatnya diantaranya :
  • Meningkatnya jumlah anak putus sekolah serta pekerja anak
  • Menurunnya kualitas kesehatan karena minimnya pengetahuan serta keterbatasan ekonomi keluarga
  • Berpotensi meningkatnya angka kematian anak
  • Angka kemiskinan akan meningkat jumlahnya
  • Kebutuhan anggaran negara yang semakin meningkat untuk mengatasi persoalan anak tersebut.

Darimana persoalan anak tersebut berasal?

Saat ini di Indonesia hampir 17 juta anak telah atau terancam terlantar karena kehilangan pengasuhan orang tua.Berdasarkan data dari Kementerian Sosial selama periode 2006 – 2009 terjadi kenaikan jumlah anak terlantar dari 2,8 juta menjadi 3,2 juta.Pada tahun 2011, jumlahnya meningkat kurang lebih 4,8 juta.Angka ini terus melonjak hingga di akhir tahun 2013 mencapai angka 5,4 juta.Jumlah anak jalanan terus meningkat hingga lebih dari 100% dalam 5 tahun terakhir.Lebih mengerikan lagi terdapat eksploitasi secara seksual terhadap 40-70 ribu pelacur anak anak dibawah umur 18 tahun.Mereka sebagian juga diperdagangkan keluar negeri.

Berkaca pada data kasus kekerasan terhadap anak anak,justru sebagian besar terjadi di lingkungan yang dianggap surga bagi anak anak yakni di rumah,sekolah dan lingkungan masyarakat.Faktor utama terjadinya kasus persoalan anak tersebut adalah faktor ekonomi dan masalah jiwa atau psikologis.Minimnya lapangan pekerjaan,usia pernikahan yang terlalu dini,cara mendidik anak yang keliru,kurangnya interaksi dengan lingkungan sekitar menambah peliknya persoalan ini.Tak mengherankan bila kasus persoalan terhadap anak selalu menunjukkan tren peningkatan setiap tahunnya.Berikut ini beberapa faktor yang menimbulkan berkembangnya berbagai persoalan anak di Indonesia tersebut,yaitu :

  1. Semakin menipisnya waktu pola pengasuhan anak dalam keluarga.Tuntutan biaya hidup yang semakin bertambah setiap tahunnya membuat semakin banyak suami istri yang harus bekerja di luar rumah untuk mencukupi kebutuhannya.Pengawasan dan perhatian orang tua kepada anak menjadi berkurang intensitasnya karena anak lebih banyak berada di tempat penitipan anak.Padahal anak adalah kunci masa depan bangsa.Pengasuhan yang baik dalam keluarga berperan sangat besar dalam menentukan keberhasilan seorang anak.
  2. Pengaruh perkembangan teknologi internet dengan semakin canggihnya teknologi ponsel saat ini, semakin murah harganya dan semakin mudah mendapatkanya.Banyak ditemui anak anak seusia SD sudah mahir menggunakan ponsel canggih tersebut.Walaupun sudah banyak situs yang menampilkan konten pornografi diblokir,faktanya masih banyak yang lolos dan dapat diakses bebas oleh anak anak.Belum lagi adanya fitur berbagi semakin memudahnya penyebaran konten pornografi kepada teman temannya.Akibatnya bisa menimbulkan pergaulan bebas bahkan menurut penelitian Universitas Indonesia angka kehamilan di luar nikah di Indonesia mencapai 20,9%.
  3. Ketidakpedulian lingkungan sekitar terhadap persoalan anak.Jika mendapati seorang anak yang sedang bekerja di malam hari atau anak anak yang menderita penyakit HIV/AIDS karena terinfeksi dari orang tuanya,apa yang kita lakukan?Paling banter kita hanya bisa bilang "ikut prihatin".Adakah kemudian ada yang berusaha menolong dengan memberitahukan kepada instansi pemerintah terkait?
  4. Ketidaktegasan dari aparat Pemerintah sendiri.Berbagai persoalan anak telah mempunyai legislasi yang cukup yaitu UU no23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.Undang-undang ini memberikan nuansa yang lebih komprehensif dalam upaya negara memberikan perlindungan pada anak di Indonesia. Selanjutnya nomenklatur perlindungan anak dimasukkan dalam APBN sehingga memberikan jaminan bagi upaya perlindungan dan kesejahteraan anak-anak Indonesia.Sayangnya praktek di lapangan masih dijumpai betapa lambannya respon proses pengaduan persoalan anak yang dilaporkan warga seperti pada kasus bayi di panti asuhan tersebut di atas.

Solusi dari permasalahan anak tersebut

Pada tahun 2013,Bappenas memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015 berjumlah 255,5 juta jiwa dengan jumlah balita dan anak mencapai 47,4 juta jiwa.Jumlah sebesar itu bila tidak dikelola dengan baik maka bisa menimbulkan masalah bagi Indonesia 30 tahun kedepan menyonsong generasi emas Indonesia.Sebagai upaya untuk mengatasi berbagai persoalan anak tersebut diatas,berikut beberapa ide solusinya yang terbagi dalam 4 pilar pokok yaitu:

  1. Pembangunan ketahanan keluarga.Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami,istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Keluarga merupakan lingkungan pertama & utama dalam pembinaan tumbuh kembang,menanamkan nilai-nilai moral dan pembentukan kepribadian anak dan tempat belajar bagi anak dalam mengenal dirinya sebagai makluk sosial.Hanya keluarga yang ber-Ketahanan yang akan mampu menepis pengaruh negatif yang datang dari luar serta mampu melaksanakan 8 fungsi keluarga sehingga dapat menjadi landasan dalam mewujudkan keluarga bahagia sejahtera.8 fungsi keluarga tersebut adalah keagamaan, sosial budaya,cinta kasih,perlindungan,reproduksi,sosialisasi dan pendidikan,ekonomi serta pembinaan lingkungan.
  2. Institusi pendidikan yang ramah dengan anak.Sekolah sebagai tempat pembentukan budi pekerti serta karakter anak,tidak hanya berorientasi pada nilai saja tapi lebih mengedepankan segi edukasinya.Orang tua berperan dengan memberikan motivasi kepada anaknya agar aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti Pramuka dengan janji Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka,karena sangat bermanfaat bagi kehidupan mereka yang akan datang.
  3. Keterlibatan aktif dari lingkungan sekitar,ormas maupun LSM.Di era sosial media sekarang ini,warga masyarakat bisa melaporkan segala bentuk persoalan anak yang ditemukan disekitar tempat tinggalnya kepada pihak terkait.Peran serta LSM seperti SOS Children's Village dengan 2 program unggulannya yaitu program pengasuhan berbasis keluarga (Family Based Care Program) dan program penguatan keluarga (Family Strengthening Program) patut ditiru oleh LSM lainnya sehingga anak mendapatkan salah satu hak utama mereka sebagai seorang anak yaitu pengasuhan keluarga serta dapat berkembang dan membentuk masa depannya sendiri secara baik.
  4. Pemerintah mengembangkan mekanisme dan sistem perlindungan anak yang terpadu sehingga alur perlindungan anak menjadi lebih teratur dan tidak terjadi lagi tumpang tindih peraturan maupun institusi pelaksanaannya.Dalam jangka menengah,Indonesia segera meratifikasi Konvensi Hak Anak tentang penjualan anak,pelacuran anak dan pornography anak serta anak di dalam konflik bersenjata.Undang-undang yang ada dinilai kurang efektif dalam memberikan perlindungan dan bantuan pemulihan kepada anak-anak korban eksploitasi seksual.

Untuk mewujudkan solusi persoalan anak tersebut diatas tentu dibutuhkan lebih dari sekedar berkeluh kesah di media sosial saja.Butuh upaya nyata seperti yang telah dilakukan oleh SOS Children's Village dengan menampung sekitar 1300 anak melalui program pengasuhan berbasis keluarga dan mengasuh sekitar 6500 anak dalam program penguatan keluarga.Kolaborasi dari 4 pilar tersebut bila sukses dilaksanakan saat ini,di ulang tahun emas kemerdekaan Indonesia pada tahun 2045 besok akan tercetak Generasi Emas yang sanggup meneruskan tongkat perjuangan menuju Indonesia yang adil,makmur dan sentosa.Mari kita ubah Indonesia dengan membantu seorang anak mendapatkan masa depan yang lebih cerah.

No comments: