Wednesday, January 13, 2016

Eko Budianto - Rekan Kerjaku Ternyata Penyandang Disabilitas

Namanya Eko Budianto,orangnya biasa saja,terkesan kalem dan sopan pada setiap orang yang ditemuinya.Umurnya masih cukup muda,sekitar 25 tahunan.Secara fisik dan penampilan, semuanya terlihat normal dan tidak ada kekurangan pada anggota tubuhnya.Aktivitas berjalan atau berlari maupun sekedar menikmati makan siang bersama dengan teman temannya,semua bisa dilakukannya.Mengendarai sepeda motor pun tidak kalah lihai dengan sesama rekan rekan kerjanya.Praktis dia bisa melakukan aktivitas kerja seperti orang normal pada umumnya.Awalnya saya tidak menyangka kalau Eko Budianto ini adalah penyandang disabilitas karena secara sepintas Eko ini terlihat normal normal saja.Menurut penuturannya,dia menderita tuna wicara dan tuna rungu ini sejak lahir.

Perkenalan saya dengan Eko Budianto ini sekitar tahun 2004 sewaktu saya masih bekerja disebuah perusahaan manufaktur yang berlokasi di utara kota Yogyakarta.Perusahaan lama saya tersebut berfokus pada produksi barang yang terbuat dari plastik serta melayani pembuatan cetakan produk plastiknya tersebut.Di bagian bengkel produksinya,berderet deret berbagai macam mesin mekanik seperti mesin bubut,mesin EDM,mesin surface grinding,mesin CNC Milling serta mesin milling manual.Sedangkan dibagian produksinya,terdapat berbagai macam tipe mesin injection moulding.
Untuk mengoperasikan berbagai mesin tersebut diperlukan keahlian khusus dan tidak sembarang orang diperbolehkan mengoperasikannya.

Sudah menjadi tradisi bagi perusahaan bila merekrut karyawan baru selalu diperkenalkan kepada karyawan lama agar lebih cepat akrab dan terjalin komunikasi yang lancar.Sehingga penyelesaian pekerjaan pun bisa lebih cepat.Begitu juga dengan hari pertama Eko Budianto ini masuk kerja.
Dalam apel pagi sebelum memulai aktivitas kerja,pimpinan perusahaan memperkenalkan secara singkat profil si Eko ini termasuk kekurangan dirinya yaitu sebagai penderita tuna rungu dan tuna wicara.Tidak hanya saya yang menganggap aneh kebijakan perusahaan ini,rekan rekan kerja saya juga beranggapan seperti itu,mau ditempatkan di bagian mana si Eko ini.Muncul banyak keraguan dan pertanyaan,bagaimana nanti kalau si Eko ini mengalami kecelakaan kerja sementara tidak ada satupun karyawan yang bisa bahasa isyarat.Sepertinya pimpinan perusahaan memahami jalan pikiran kami saat itu.Maklum lah baru kali ini saya dan rekan rekan berinteraksi secara langsung dengan penyandang disabilitas.

Di hari pertamanya masuk kerja,oleh kepala bagian bengkel Eko Budianto ini ditempatkan di bagian kerja bangku,pekerjaan yang tidak berhubungan dengan mesin mekanik.Tugas pokoknya adalah membuat permukaan cetakan plastik menjadi kinclong atau mengkilap.Bahasa bengkelnya moles. Selama ini tugas moles ini dikerjakan oleh karyawan lainnya yakni pak Heru,dengan hadirnya Eko ini,Pak Heru bisa digeser ke pekerjaan lainnya.Selama satu hari penuh,Pak Heru mentraining Eko agar bisa melakukan pekerjaan poles tersebut.Untuk bahasa komunikasinya,untungnya si Eko ini bisa menulis dan paham artinya,sehingga membantu Pak Heru yang belum mahir bahasa isyarat ketika ada hal yang belum jelas,cukup dengan menuliskannya diselembar kertas.Jadi dialognya dalam bentuk tulisan.Saya yang mengamati dari kejauhan jadi mengetahui bahasa alternatif selain bahasa isyarat yang bisa digunakan oleh penderita tuna rungu dan tuna wicara ini.

Hari demi hari aktivitas Eko dalam menekuni pekerjaannya barunya patut diacungi jempol.Bila waktu pertama kali datang,hasil polesannya banyak yang belum kinclong serta buram di sana sini tidak butuh waktu lama hasil polesannya sudah menyamai polesannya Pak Heru.Produktivitas kerjanya juga bagus,dia tidak banyak melakukan aktivitas kerja yang buang buang waktu.Paling hanya istirahat sebentar untuk ke kamar kecil atau sekedar melemaskan otot otot tangannya. Selebihnya kerja dan kerja.Bila ada yang belum jelas serta pengin bertanya,si Eko ini juga tanpa ragu bertanya kepada rekan rekan kerja lainnya.Tentu dengan media tulisan sebagai perantaranya. Saya melihat semangat kerjanya betul betul tinggi,mengalahkan semangat kerja orang normal. Melihat kenyataan tersebut memupus keraguan saya dan teman teman lainnya,ternyata orang "tak normal" pun bisa bekerja dan hasilnya tidak kalah dengan orang normal.
Lihatlah dalam foto diatas betapa gembiranya Eko Budianto ini dalam menjalani hari harinya bersama rekan rekan kerjanya.Dalam berbagai aktivitas diluar kerja terlihat tidak ada rasa canggung berbaur menyatu dengan teman temannya.

Dengan adanya Eko Budianto ini,banyak rekan rekan kerja saya yang kemudian bisa mengetahui berbagai kode bahasa isyarat.Terkadang untuk menyegarkan suasana,beberapa rekan saya tersebut membuat bahasa isyarat versi sendiri yang kemudian ditunjukkan kepada Eko.Karena tidak tahu artinya,si Eko ini hanya mesam mesem sendiri.Tak jarang si Eko ini juga bercerita yang membuat kami semua tertawa.Apalagi dalam bercerita si Eko ini begitu jujur mengungkapkan kisahnya.Dia menceritakan ketika tertangkap dalam razia kendaraan oleh polisi lalu lintas.Karena ditanyakan surat surat kendaraannya,Eko tidak ada menjawab.Pak polisi pun memarahinya.Setelah tahu si Eko ini hanya bisa bicara hahuhahu..serta kedua tangannya memberi bahasa isyarat,pak polisi pun menyadari bahwa yang ditanyai ini penyandang disafibiltas.Akhirnya si Eko ini malah bebas dan dilepas,tidak jadi di periksa surat surat kendaraannya.

Berkaca pada pengalaman saya berinteraksi langsung dengan penyandang disabilitas seperti Eko Budianto ini,membuktikan bahwa mereka mau dan mampu bekerja dengan baik bahkan hasilnya bisa melebihi pekerja normal.Mereka hanya perlu diberikan kesempatan bekerja yang sama dengan orang normal lainnya.Sampai hari ini,Eko Budianto ini masih bekerja di perusahaan lama saya tersebut,sedangkan saya sudah mengundurkan diri.Tentu saya harus memberi apresiasi yang tinggi terhadap manajemen perusahaan yang telah mau dan peduli terhadap difabel dengan mempekerjakan mereka.

Peran dan Kepedulian Pemerintah Terhadap Difabel

Menurut perkiraan ILO (lembaga PBB yang mengurusi tenaga kerja),sekitar 10 % dari total jumlah penduduk Indonesia aatau sekitar 24 juta orang adalah penyandang disabilitas (sumber disini). Melihat kondisi tersebut,apabila isu ini tidak ditangani dengan terencana dan komprehensif maka akan berpotensi menambah jumlah pengangguran di Indonesia.Yang akhirnya akan menjadi beban negara dan menimbulkan permasalahan sosial di tengah masyarakat.

Sesuai dengan UU no 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat telah ditegaskan bahwa penyandang disabilitas berhak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak serta mendapat perlakuan yang sama tanpa diskriminasi.Namun faktanya saat ini tidak banyak perusahaan yang mau dan peduli dengan mempekerjakan penyandang disabilitas ini.Tentu ini menjadi keprihatinan kita semua.Perusahaan lama saya tersebut diatas bisa menjadi contoh dengan memberi kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas,tentu dengan memperhatikan jenis dan derajat kecacatan,pendidikan serta kemampuannya.

Untuk mendorong para penyandang disabilitas yang tidak semuanya tertampung di berbagai perusahaan karena berbagai sebab,Pemerintah pun membuka berbagai pelatihan wirausaha secara gratis yang diperuntukkan bagi penyandang disabilitas.Tujuannya agar mereka dapat mandiri.Seperti yang dilakukan Pemkot Kota Yogyakarta yang melakukan pendampingan terhadap 30 orang dari berbagai jenis disabilitas mulai dari pelatihan,praktik hingga pembagian peralatan usaha.Seperti dimuat di harian Kedaulatan Rakyat tanggal 13 januari 2016,pada bulan Oktober 2015 kemarin 30 orang penyadang disabilitas tersebut mengikuti pelatihan membuat bakpia di sentra bakpia Soemadigdo di kawasan Jl.Ireda Prawirodirjan,Yogyakarta.Setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan secara intensif selama 5 hari,ke 30 orang tersebut mendapatkan peralatan usaha yang cukup lengkap yaitu kompor gas,tabung gas,oven,loyang serta perangkat pembuat bakpia.Tiap peserta dibagikan satu perangkat secara lengkap sehingga bisa segera memulai produksi bakpia di rumah masing masing.Selain 30 orang penyandang disabilitas yang dilatih memproduksi bakpia,masih ada 30 orang lagi yang dilatih memproduksi kerajinan tas dengan mengandeng produsen tas Gendis.

Dengan segala kekurangan fisik dan/atau mentalnya,akan lebih baik lagi bila Pemerintah dalam hal ini Pemkot Yogyakarta tidak hanya memberikan pelatihan usaha saja namun juga ikut membantu pemasarannya.Dengan mengikutisertakan mereka dalam pameran pameran produk baik di dalam negeri maupun di luar negeri.Bila perlu kedepannya ada bantuan kredit tanpa jaminan yang khusus diberikan kepada para penyandang disabilitas yang memiliki prospek usaha yang menjanjikan.

Semua orang berpotensi menjadi difabel/disabel karena beragam sebab,seperti kelalaian berkendara di jalan raya yang berakibat kecelakaan,kecelakaan kerja,bencana alam dan oleh sebab-sebab lain yang tak terduga.Negara melalui BPJS Ketenagakerjaan yang mempunyai program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) mulai tanggal 30 Maret 2015 menyempurnakan program tersebut menjadi Jaminan Kecelakaan Kerja Return To Work (JKK-RTW).Program yang berjalan sejak awal 2014 tersebut merupakan bentuk pelayanan kepada pekerja yang mengalami cacat akibat kecelakaan kerja.BPJS Ketenagakerjaan berkomitmen memberikan pelayanan berupa pendampingan, hingga pembekalan mental dan keterampilan bekerja bagi pekerja yang mengalami disabelitas akibat kecelakaan kerja. “Pendampingan kami lakukan di Rumah Sakit Trauma Center hingga pembekalan mental dan keterampilan sehingga mereka (pekerja disable) bisa bekerja kembali di perusahaannya dan tidak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena ketidakmampuan bekerja,” demikian siaran pers Drg.Endro Sucahyono.M.Krs (selaku Kepala Divisi Pengembangan Jaminan), Rabu (8/4/15). Program Return To Work ini dilatarbelakangi oleh UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat dan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mengamanatkan bahwa setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama, termasuk penyandang cacat.
------------
Penutup

Kepedulian Pemerintah,pengusaha serta masyarakat untuk mengenali dan memahami serta mendukung berbagai kebijakan dan program penempatan tenaga kerja khusus penyandang disabilitas akan turut menumbuhkan kesadaran tentang kesetaraan hak bagi sebagian masyarakat berkebutuhan khusus atau memiliki kendala fisik dan/atau mental,atau dikenal sebagai penyandang disabilitas ini.Kalau bukan kita yang peduli,kepada siapa lagi mereka akan menaruh harapannya.

No comments: