Beberapa
hari lalu,kawan saya membagikan sebuah status dari temannya yang
membuat saya kaget dan terhenyak.Dalam statusnya tersebut diceritakan
ada sebuah panti asuhan di Jawa Timur dengan kondisi anak anak panti
yang memprihatinkan.Anak anak yang sebagian besar balita tersebut
dalam kondisi tidak terawat dengan baik,banyak yang dalam kondisi
sakit yang disebabkan karena ruam popok hingga mallnutrisi.Menurut
beberapa orang yang sudah berkunjung kesana,kondisi panti asuhan
tersebut memang jorok,faktor kebersihan dan kesehatan anak asuhnya
tidak diperhatikan sama sekali.
Darimana
asalnya bayi bayi yang diasuh di panti tersebut?Ada kecenderungan
bahwa
anak-anak yang diasuh oleh panti bukannya dititipkan oleh orang
tuanya masing-masing melainkan sepenuhnya diserahkan karena kelahiran
mereka tidak diinginkan.Bahkan terdapat juga kasus sejumlah calon
orang tua telah mendaftarkan anak mereka di daftar tunggu untuk
diserahkan ke panti asuhan.Apa
yang terjadi di Jawa Timur tersebut tentu membuat hati siapapun
menjadi miris melihatnya.Sebuah ironi mengingat
orang tua seharusnya bertanggung jawab untuk mengawal,
merawat,mengasuh serta mendidik anak-anak mereka.
Kejadian ini
mengingatkan saya pada peristiwa yang menimpa seorang gadis tetangga
saya.Setelah lulus dari sekolah menengah atas,kemudian bekerja di
Bekasi,6 bulan kemudian pulang ke rumah sudah dalam kondisi
hamil.Sayangnya pria yang menghamilinya tidak mau bertanggungjawab.
Sementara pihak keluarga si gadis yang sudah terlanjur malu,tidak
ingin merawat dan membesarkan anak tersebut kelak setelah
dilahirkan.Akhirnya anak tersebut diserahkan ke panti dan sampai hari
ini ibunya belum pernah sekalipun menengoknya.
Lebih menghebohkan
lagi bahkan telah tersebar sampai ke luar negeri lewat majalah
ternama, TIME adalah tersebarnya seri foto tentang fenomena perokok
anak di Indonesia.Salah satu seri fotonya menampilkan seorang bocah
seusia SD di Garut memulai harinya dengan menghisap sebatang rokok
dan dalam sehari ia sanggup menghabiskan 2 bungkus rokok seorang
diri.Bahkan dalam beberapa kesempatan bocah ini merokok dengan
santainya di sofa dekat dengan sang ibu yang sedang menyusui
adiknya.Hadeuhhh,makin parah saja kondisi anak anak Indonesia saat
ini.
Selain persoalan
anak seperti tersebut diatas,kasus terbaru dan sempat membuat
kehebohan nasional adalah kasus penelantaran 5 anak di sebuah
perumahan elit di Bekasi,Jawa Barat serta kasus kekerasan fisik yang
berujung pada kematian,kasus Engeline.Mengherankannya kedua kasus
tersebut tempat kejadiannya justru berada di rumah,lokasi yang
dianggap paling aman bagi anak anak.Semoga ini menjadi kasus terakhir
dan jangan sampai terulang lagi kasus kasus seperti yang menimpa
Engeline ini di wilayah Indonesia.
Masih banyak lagi
kasus kasus persoalan anak yang tejadi dimasyarakat dan tidak
terekspos oleh media maintstream.Berkaca pada kasus tersebut diatas
tentang begitu kompleksnya kasus persoalan anak yang terjadi
disekitar kita,dalam pikiran saya berkecamuk banyak hal diantaranya
bagaimana kehidupan dan masa depan dari anak anak yang dilahirkan
dalam kondisi demikian. Bukankah anak adalah perwujudan doa dan
harapan dari orang tuanya serta sebagai generasi penerus bangsa ini?
Saat
ini jumlah anak-anak yang berada dalam situasi sulit berdasarkan data
dari Kementerian Sosial RI adalah sebanyak 17,7 Juta (Kompas,23
Februari 2010) yang meliputi anak-anak telantar,anak-anak yang
dieksploitasi dan anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus
termasuk anak cacat,anak-anak yang berada di dalam lembaga
pemasyarakatan,anak-anak yang berada di dalam panti asuhan dan juga
anak-anak yang bekerja di sektor formal maupun informal.Jumlah
tersebut belum termasuk
anak-anak yang berasal dari suku terasing,anak-anak yang menderita
HIV/AIDS serta anak-anak yang terdiskriminasi karena berbagai alasan
seperti suku,agama dan ras.Fakta ini membuktikan bahwa masih banyak
persoalan anak yang hingga saat ini belum terselesaikan secara
komprehensif.
Padahal berbagai
persoalan anak tersebut bila tidak diupayakan penyelesaiannya akan
memiliki banyak resiko di kemudian hari,tak hanya bagi anak sendiri
namun bagi negara juga.Akibatnya diantaranya :
- Meningkatnya jumlah anak putus sekolah serta pekerja anak
- Menurunnya kualitas kesehatan karena minimnya pengetahuan serta keterbatasan ekonomi keluarga
- Berpotensi meningkatnya angka kematian anak
- Angka kemiskinan akan meningkat jumlahnya
- Kebutuhan anggaran negara yang semakin meningkat untuk mengatasi persoalan anak tersebut.
Darimana
persoalan anak tersebut berasal?
Saat ini di
Indonesia hampir 17 juta anak telah atau terancam terlantar karena
kehilangan pengasuhan orang tua.Berdasarkan data dari Kementerian
Sosial selama periode 2006 – 2009 terjadi kenaikan jumlah anak
terlantar dari 2,8 juta menjadi 3,2 juta.Pada tahun 2011, jumlahnya
meningkat kurang lebih 4,8 juta.Angka ini terus melonjak hingga di
akhir tahun 2013 mencapai angka 5,4 juta.Jumlah anak jalanan terus
meningkat hingga lebih dari 100% dalam 5 tahun terakhir.Lebih
mengerikan lagi terdapat eksploitasi secara seksual terhadap 40-70
ribu pelacur anak anak dibawah umur 18 tahun.Mereka sebagian juga
diperdagangkan keluar negeri.
Berkaca pada data
kasus kekerasan terhadap anak anak,justru sebagian besar terjadi di
lingkungan yang dianggap surga bagi anak anak yakni di rumah,sekolah
dan lingkungan masyarakat.Faktor utama terjadinya kasus persoalan
anak tersebut adalah faktor ekonomi dan masalah jiwa atau
psikologis.Minimnya lapangan pekerjaan,usia pernikahan yang terlalu
dini,cara mendidik anak yang keliru,kurangnya interaksi dengan
lingkungan sekitar menambah peliknya persoalan ini.Tak mengherankan
bila kasus persoalan terhadap anak selalu menunjukkan tren
peningkatan setiap tahunnya.Berikut ini beberapa faktor yang
menimbulkan berkembangnya berbagai persoalan anak di Indonesia
tersebut,yaitu :
- Semakin menipisnya waktu pola pengasuhan anak dalam keluarga.Tuntutan biaya hidup yang semakin bertambah setiap tahunnya membuat semakin banyak suami istri yang harus bekerja di luar rumah untuk mencukupi kebutuhannya.Pengawasan dan perhatian orang tua kepada anak menjadi berkurang intensitasnya karena anak lebih banyak berada di tempat penitipan anak.Padahal anak adalah kunci masa depan bangsa.Pengasuhan yang baik dalam keluarga berperan sangat besar dalam menentukan keberhasilan seorang anak.
- Pengaruh perkembangan teknologi internet dengan semakin canggihnya teknologi ponsel saat ini, semakin murah harganya dan semakin mudah mendapatkanya.Banyak ditemui anak anak seusia SD sudah mahir menggunakan ponsel canggih tersebut.Walaupun sudah banyak situs yang menampilkan konten pornografi diblokir,faktanya masih banyak yang lolos dan dapat diakses bebas oleh anak anak.Belum lagi adanya fitur berbagi semakin memudahnya penyebaran konten pornografi kepada teman temannya.Akibatnya bisa menimbulkan pergaulan bebas bahkan menurut penelitian Universitas Indonesia angka kehamilan di luar nikah di Indonesia mencapai 20,9%.
- Ketidakpedulian lingkungan sekitar terhadap persoalan anak.Jika mendapati seorang anak yang sedang bekerja di malam hari atau anak anak yang menderita penyakit HIV/AIDS karena terinfeksi dari orang tuanya,apa yang kita lakukan?Paling banter kita hanya bisa bilang "ikut prihatin".Adakah kemudian ada yang berusaha menolong dengan memberitahukan kepada instansi pemerintah terkait?
- Ketidaktegasan dari aparat Pemerintah sendiri.Berbagai persoalan anak telah mempunyai legislasi yang cukup yaitu UU no23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.Undang-undang ini memberikan nuansa yang lebih komprehensif dalam upaya negara memberikan perlindungan pada anak di Indonesia. Selanjutnya nomenklatur perlindungan anak dimasukkan dalam APBN sehingga memberikan jaminan bagi upaya perlindungan dan kesejahteraan anak-anak Indonesia.Sayangnya praktek di lapangan masih dijumpai betapa lambannya respon proses pengaduan persoalan anak yang dilaporkan warga seperti pada kasus bayi di panti asuhan tersebut di atas.
Solusi dari
permasalahan anak tersebut
Pada
tahun 2013,Bappenas memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia pada
tahun 2015 berjumlah 255,5 juta
jiwa dengan jumlah balita dan anak mencapai 47,4 juta jiwa.Jumlah
sebesar itu bila tidak dikelola dengan baik maka bisa menimbulkan
masalah bagi Indonesia 30 tahun kedepan menyonsong generasi emas
Indonesia.Sebagai upaya untuk mengatasi berbagai persoalan anak
tersebut diatas,berikut beberapa ide solusinya yang terbagi dalam 4
pilar pokok yaitu:
- Pembangunan ketahanan keluarga.Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami,istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Keluarga merupakan lingkungan pertama & utama dalam pembinaan tumbuh kembang,menanamkan nilai-nilai moral dan pembentukan kepribadian anak dan tempat belajar bagi anak dalam mengenal dirinya sebagai makluk sosial.Hanya keluarga yang ber-Ketahanan yang akan mampu menepis pengaruh negatif yang datang dari luar serta mampu melaksanakan 8 fungsi keluarga sehingga dapat menjadi landasan dalam mewujudkan keluarga bahagia sejahtera.8 fungsi keluarga tersebut adalah keagamaan, sosial budaya,cinta kasih,perlindungan,reproduksi,sosialisasi dan pendidikan,ekonomi serta pembinaan lingkungan.
- Institusi pendidikan yang ramah dengan anak.Sekolah sebagai tempat pembentukan budi pekerti serta karakter anak,tidak hanya berorientasi pada nilai saja tapi lebih mengedepankan segi edukasinya.Orang tua berperan dengan memberikan motivasi kepada anaknya agar aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti Pramuka dengan janji Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka,karena sangat bermanfaat bagi kehidupan mereka yang akan datang.
- Keterlibatan aktif dari lingkungan sekitar,ormas maupun LSM.Di era sosial media sekarang ini,warga masyarakat bisa melaporkan segala bentuk persoalan anak yang ditemukan disekitar tempat tinggalnya kepada pihak terkait.Peran serta LSM seperti SOS Children's Village dengan 2 program unggulannya yaitu program pengasuhan berbasis keluarga (Family Based Care Program) dan program penguatan keluarga (Family Strengthening Program) patut ditiru oleh LSM lainnya sehingga anak mendapatkan salah satu hak utama mereka sebagai seorang anak yaitu pengasuhan keluarga serta dapat berkembang dan membentuk masa depannya sendiri secara baik.
- Pemerintah mengembangkan mekanisme dan sistem perlindungan anak yang terpadu sehingga alur perlindungan anak menjadi lebih teratur dan tidak terjadi lagi tumpang tindih peraturan maupun institusi pelaksanaannya.Dalam jangka menengah,Indonesia segera meratifikasi Konvensi Hak Anak tentang penjualan anak,pelacuran anak dan pornography anak serta anak di dalam konflik bersenjata.Undang-undang yang ada dinilai kurang efektif dalam memberikan perlindungan dan bantuan pemulihan kepada anak-anak korban eksploitasi seksual.
Untuk mewujudkan
solusi persoalan anak tersebut diatas tentu dibutuhkan lebih dari
sekedar berkeluh kesah di media sosial saja.Butuh upaya nyata seperti
yang telah dilakukan oleh SOS Children's Village dengan menampung
sekitar 1300 anak melalui program pengasuhan berbasis keluarga dan
mengasuh sekitar 6500 anak dalam program penguatan
keluarga.Kolaborasi dari 4 pilar tersebut bila sukses dilaksanakan
saat ini,di ulang tahun emas kemerdekaan Indonesia pada tahun 2045
besok akan tercetak Generasi Emas yang sanggup meneruskan tongkat
perjuangan menuju Indonesia yang adil,makmur dan sentosa.Mari kita
ubah Indonesia dengan membantu seorang anak mendapatkan masa depan
yang lebih cerah.
No comments:
Post a Comment